Jakarta, Aktual.com — Dalam pembukaan HUT TMII ke-41 yang digelar pada Minggu (17/04) kemarin, dimeriahkan dengan parade ‘Banyuwangi Ethno Carnival’. Sejumlah 45 penari menggunakan berbagai kostum menarik dari beberapa akar budaya dari Banyuwangi. Seperti kesenian Barong, Kebo-keboan, Kemanten dan Seblang.
Subari yang merupakan salah satu penari di BEC, menjelaskan, bahwa tema pakaian yang ia kenakan saat event BEC di TMII yaitu ‘Gandrung’. Menurut Subari, Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.
“Gandrung itu tarian tradisional yang sudah menjadi tradisi turun temurun di Banyuwangi, ini dianggap sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen,” jelas Subari, kepada Aktual.com, yang merupakan Pimpinan Sanggar Sayu Gringsing Banyuwangi, di Jakarta.
Subari kembali mengungkapkan bahwa untuk mengikuti BEC di TMII ia hanya membutuhkan waktu selama satu bulan untuk persiapannya.
“Ini semua digarap satu bulan, mulai dari cari pernak-pernik, permata, potongan bahan dan lainnya,” katanya lagi.
Subari mengungkapkan, bahwa pakaian yang ia pakai menghabiskan dana sebesar kurang lebih Rp7 juta.
“Kami persiapkan pakaian ini sesuai dengan etnik Banyuwangi. Untuk pakaian gandrung ini menghabiskan dana kurang lebih 7 juta rupiah, karena ada beberapa permata yang harus dicari dari luar, serta wayang gandrung yang terbuat dari kulit kerbau asli,” papar Subari menerangkan.
Selain itu, tambah Subari, pakaian yang ia kenakan memiliki berat 65kg.
“Pakaian ini total beratnya 65kg, kalau tadi kena hujan bisa jadi 80kg sampai 85kg,” ungkap ia.
Subari yang sudah memperkenalkan tarian Banyuwangi ke beberapa negara seperti Filipina, Singapura, Malaysia, dan lainnya mengungkapkan, motivasinya agar masyarakat lebih mencintai kesenian dan kebudayaan asli Indonesia.
“Untuk anak-anak muda yang lainnya, cintailah budaya dan kesenian masing-masing agar tidak punah dan tetap lestari,” tegas ia menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: