Jakarta, Aktual.com — Pengamat ekonomi senior dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Revrisond Baswir menyebut data Panama Papers yang juga mengungkap orang-orang Indonesia memang dianggap belum terlalu lengkap. Meski begitu, tetap saja pemerintah harus menelusurinya.

Namun demikian, justru yang akan lebih menghebohkan adalah kalau ada Singapore Papers atau Dokumen Singapura. Pasalnya, data-data orang super kaya dari Indonesia akan lebih banyak lagi, jika data dari Negeri Singapura itu diungkap ke publik.

“Bagi Indonesia, Singapura sesungguhnya jauh lebih strategis daripada pusat-pusat keuangan offshore lainnya,” tandas dia dalam sebuah diskusi, di Jakarta, Selasa (19/4).

Berdasar data yang dia miliki, Singapura berada di peringkat keempat terbesar di dunia soal keuangan offshore.

“Singapura bahkan akan melampaui Swiss sebagai negara surga pajak (tax havens),” tegasnya.

Jumlah dana warga negara asing yang ditempatkan di Singapura mencapai 70 persen dari total dana perbankan yang terdapat di negara tersebut. Dan sekitar 30-50 persennya, diperkirakan berasl dari Indonesia.

“Jadi kalau ada Singapore Papers akan lebih mau dan dahsyat lagi dampaknya ke kita,” cetus Revrisond.

Makanya jika pemerintah merespon Panama Papers ini dengan mengebut pembahasan RUU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) itu salah. Sebab, pertukaran keterbukaan infomasi di pajak (Automatic Exchange of Tax Information (AEOI) dan Common Reporting Standards (CRS) akan berlaku pada September 2017 nanti.

“Maka, penyusunan RUU Tax Amnesty patut diwaspadai sebagai trik para pemilik rekening offshore untuk menyelamatkan diri dari perangkap pelaksanaan kebijakan tersebut,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan