Jakarta, Aktual.com — Minat warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri masih tinggi, walaupun banyak kasus kekerasan yang terjadi terhadap “pahlawan” devisa tersebut.

“Januari dan Februari jumlah TKI yang kami kirimkan sebanyak 150 orang, dengan rincian 123 menjadi TKI informal dan sisanya formal. Jumlah tersebut menunjukkan masih banyaknya warga yang ingin mencari peruntungan di negara orang,” kata Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sukabumi, Didin Suwandi di Sukabumi, Minggu (24/4).

Menurutnya, walaupun jumlah TKI yang diberangkatkan berkurang di bandingkan tahun lalu, tetapi masyarakat Kabupaten Sukabumi masih memiliki asa ingin menjadi TKI dengan alasan bisa meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.

Selain itu, mayoritas TKI yang diberangkatkan tersebut berasal dari wilayah Pajampangan dan Palabuhanratu. Kebanyakan mereka bekerja di sektor informal karena tidak memiliki keahlian khusus.

Untuk yang dijalur formal mayoritas pria yang jumlahnya 15 orang, namun tetap saja sektor informal masih menjadi pilihan para calon TKI yang ingin bertaruh nasib di negeri seberang.

“Mereka yang diberangkatkan sudah lolos segala administrasi dan sebelum berangkat juga diberikan pelatihan dahulu khususnya bahasa,” tambahnya.

Dari data Disnakertrans Kabupaten Sukabumi selama Januari hingga Februari 2016 untuk jalur informal sebanyak 33 orang berangkat ke Taiwan, 32 orang ke Malaysia, 28 orang ke Singapura, 21 orang ke Brunei Darussalam dan sembilan orang ke Hongkong.

Dindin mengatakan negara Asia saat ini menjadi pilihan calon TKI, pascamoratorium ke Timur Tengah. Namun, tetap saja masih banyak warga yang ingin bekerja di Arab Saudi dengan alasan gajinya lebih besar.

Sementara itu, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Barat Jejen Nurjanah mengatakan walaupun pada tahun ini Taiwan menjadi tujuan utama para calon TKI, tetapi warga Kabupaten Sukabumi masih berminat bekerja di negara-negara Timur Tengah.

“Yang harus diperhatikan saat ini adalah penempatan dan perlindungannya, agar setiap TKI yang bekerja bisa termonitor jika terjadi permasalahan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka