Jakarta, Aktual.com — Juru bicara Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKopi), Hendri Satrio, mengungkapkan, hasil survei terbaru tentang isu yang ada di ibu kota menunjukkan adanya tren penurunan elektabilitas calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Terutama sejak Ahok menjadi saksi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Pasca Ahok dipanggil KPK ada fluktuasi elektabilitas yang diperoleh Ahok. Hal ini didapat dari berbagai sumber yang pernah mempublikasi elektabilitas Ahok,” terangnya kepada Aktual.com kemarin (24/4).
Survei dilakukan melalui tatap muka selama 4 hari, yakni dari tanggal 18 hingga 21 April 2016. Survei difokuskan pada isu terkini pemilihan Gubernur DKI Jakarta paska pemanggilan Ahok oleh KPK dan tren opini publik pasca diberlakukannya 3 in 1 di Jakarta.
Diungkapkan Hendri, elektabilitas Ahok pada Januari 2016 adalah 43,25 persen. Persentase ini terus meningkat pada bulan berikutnya Februari 2016 menjadi 43,5 persen dan Maret 2016 meningkat tajam menjadi 51,80 persen. Namun pada bulan April, paska pemanggilan Ahoh oleh KPK, elektabilitasnya melorot menjadi 45,50 persen.
“Mayoritas responden berpendapat Ahok tidak terlibat kasus Rumah Sakit Sumber Waras sebesar 34,8 persen, (tidak terlibat) kasus suap Reklamasi Pantai Utara Jakarta 36,5 persen,” bebernya.
Publik Jakarta, lanjut dia, mayoritas mengetahui pemanggilan Ahok oleh KPK yakni sebesar 68,3 persen. Pasca pemanggilan tersebut, tercatat 34,5 persen responden masih tetap menyatakan memilih Ahok, 30 persen menyatakan ragu-ragu dan 16,5 persen menyatakan tidak akan memilih Ahok.
“Bila dibandingkan dengan Februari 2016 lalu, kepuasan publik terhadap kinerja petahana sedikit menurun dari 71,2 persen menjadi 68,5 persen yang berimbas pada ketidakpuasan yang sedikit meningkat dari 26,8 persen menjadi 28,5 persen,” demikian Hendri.
Artikel ini ditulis oleh: