Petugas memasang plang tanda kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk semua jenis di SPBU Lubukbuaya, Padang, Sumatera Barat, Selasa (5/1). Menurut Sales Executive Retail Rayon VIII Pertamina, Adri Angga Aditya, sejumlah SPBU di Padang sengaja menghabiskan stok lama untuk kemudian menunggu diberlakukan harga baru BBM guna menghindari kerugian. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/kye/16

Jakarta, Aktual.com — Ratusan nelayan di Pantai selatan Cianjur, Jabar, terpaksa tidak melaut sejak beberapa pekan terakhir karena sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak jenis premium untuk perahu.

Sulitnya mendapatkan premium bersubsidi di wilayah selatan tepatnya di Kecamatan Sindangbarang, Agrabinta, Leles, Cidaun dan Naringgul, dimana dua SPBU yang ada hanya memiliki stok satu tangki setiap harinya.

“Kalau premium bersubsidi hanya satu tangki setiap harinya yang didapat SPBU di Sindangbarang dan Tanggeung, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan warga di lima kecamatan terutama kebutuhan ratusan nelayan di Sindangbarang, Cidaun dan Agrabinta,” ujar Rahmat Hidayat (54) tokoh masyarakat Cianjur selatan, saat dihubungi, Rabu (27/4).

Sedangkan untuk mendapatkan jatah BBM non subisidi jenis pertalite, ungkap sejumlah pengelola SPBU, dimudahkan pihak Pertamina, namun memberatkan warga nelayan yang membutuhkan BBM setiap hari dengan harga terjangkau.

Ratusan nelayan di wilayah tersebut, ungkap dia berharap kebijakan Pertamina untuk wilayah selatan khususnya bagi nelayan, dipermudah agar mendapatkan BBM jenis premium langsung di SPBU karena sejak minimnya stok BBM di dua SPBU terdekat, ungkap dia, warga terpaksa berebut untuk mendapatkan jatah.

“Kalau pertalite harganya sangat memberatkan bagi warga terutama nelayan yang setiap harinya membutuhkan tidak kurang dari 60 liter untuk sekali melaut. Bahkan harapan nelayan dinas terkait di Pemkab Cianjur, dapat membuatkan koperasi bagi nelayan agar memudahkan mereka untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan seperti BBM,” katanya.

Sementara Iday (36) seorang penjaga salah satu SPBU di wilayah selatan, membenarkan minimnya stok BBM jenis premium yang didapatnya setiap hari hanya satu tangki berisi 16 ribu liter, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan warga, dimana SPBU tersebut melayani kebutuhan warga lima kecamatan.

“Saya tidak tahu pasti alasannya apa, namun pengelola lebih diarahkan mengunakan pertalite untuk menutupi kebutuhan warga. Namun tingginya harga pertalite kurang diminati warga. Satu tangki premium dalam hitungan jam sudah habis, sehingga banyak warga yang kecewa dan marah-marah,” katanya.

Sementara sejumlah pedagang BBM eceran di lima kecamatan di wilayah terujung Cianjur, tidak jarang harus membeli BBM hingga ke SPBU di Kecamatan Sukanagara yang berjarak puluhan kilometer guna memenuhi kebutuhan karena SPBU tersebut masih memiliki stok premium yang memadai.

“Kalau stoknya ada kami dilayani, kalau stok BBM datang terlambat sudah pasti kami tidak mendapat jatah, meskipun sudah jauh-jauh dari Leles ke Sukanagara dengan jarak tempuh 5 jam. Harapan kami ada penambahan jatah premium ke SPBU di wilayah terujung Cianjur, bukan pertalite yang harganya mahal,” kata Undang (38) pengecer BBM warga Kecamatan Leles.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka