Jakarta, Aktual.com — Hasil survei Indo Barometer menemukan bahwa Presiden Indonesia tidak harus berasal dari suku tertentu.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa (3/5), Indo Barometer melakukan survei opini publik tentang Jawa dan Kekuasaan pada Sabtu (23/4) hingga Selasa (26/4).

Topik ini diangkat terkait fenomena kepemimpinan di Indonesia, dimana dari tujuh Presiden yang pernah dimiliki Indonesia, hanya satu Presiden Indonesia yang berasal dari non Jawa, yaitu Presiden BJ Habibie. Itu pun hanya karena sebagai pengganti setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Sebanyak 95 persen responden menjawab Presiden Indonesia tidak harus berasal dari suku tertentu dan Sebesar 3.3 persen responden menjawab harus berasal dari suku tertentu. Sementara, 1.3 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak jawab.

Alasan utama responden (base line: 95.5%) mengatakan Presiden Indonesia tidak harus berasal dari suku tertentu adalah karena semua suku berhak menjadi Presiden (23.3%), Indonesia beragam suku (22.8%), asal punya kemampuan (17.3%), asal bisa memimpin (13.4%), asal tidak korupsi (8.1%), asal peduli rakyat (4.5%), pribumi (2.4%), asal pintar/berwawasan luas (1.3%), lainnya 7.1 persen.

Sementara, alasan utama responden (base line: 3.3%) mengatakan Presiden Indonesia harus berasal dari suku tertentu, pertama, yang menjawab karena sejauh ini Presiden Indonesia didominasi dari suku Jawa sebanyak 23.1%, orang Jawa ulet atau pekerja keras (23.1%), orang Jawa lebih bijaksana (15.4%), orang Jawa punya jiwa kepemimpinan (7.7%), dan orang Jawa lembut (7.7%).

Mayoritas responden (40.8%) mengatakan ukuran keberhasilan seorang Presiden itu adalah ketika ia mampu mensejahterakan rakyatnya.

Survei opini publik yang terselenggara atas kerjasama Indo Barometer dan TV ONE ini dilakukan dengan menggunakan metode systematic random sampling (penarikan data secara acak) dengan tingkat margin of error± 5% pada tingkat kepercayaan 95%.

Responden tersebar di 5 kota besar yaitu Provinsi DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Surabaya, Kota Medan, dan Kota Makasar dengan jumlah responden yang diwawancarai via telepon (telephone survey) sebanyak 400 orang dan berusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah.

Artikel ini ditulis oleh: