Surabaya, Aktual.com — Robohnya bangunan cagar budaya rumah pemberontakan yang dijadikan Bung Tomo berpidato di Jalan Mawar, membuat masyarakat khususnya warga Surabaya merasa kecewa.
Hampir setiap hari di tempat tersebut dilakukan acara tabur bunga oleh beberapa komunitas dan warga secara bergantian. Seperti siang ini, komunitas pecinta cagar budaya dan sejarah melakukan tabur bunga sambil menyalakan dupa di halaman lokasi yang sudah roboh tersebut.
“Kami sangat prihatin. Ini bentuk kekecewaan kita terhadap hilangnya angunan sejarah perjuangan di Surabaya. Begitu ironis, ” kata anggota Komunitas Von Vaber, Tri Kartika, (6/5).
Dikatakannya, kesedihan ini dirasakan karena ‘rumah pidato Bung Tomo’ memiliki nilai sejarah kuat. Oleh sebab itu, pihaknya bersama komunitas lain akan terus mengawal pengusutan kasus pembongkaran bangunan bersejarah ini di DPRD kota Surabaya.
“Bu Risma itu lebih suka mengurus taman. Tapi nggak bisa mengurus cagar budaya,” sahut Alexa, salah satu warga yang ikut tabur bunga.
Terpisah, Direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia, Freddy H Istanto, menjelaskan bahwa komunitas pecinta sejarah juga bisa disalahkan. Sebab, mereka gagal mensosialisasikan larangan membongkar cagar budaya pada pemilik bangunan.
“Tapi yang paling fatal adalah kesalahan pemkot Surabaya. Perobohan itu prosesnya hampir sebulan. Masak nggak tahu. Apa kerjanya pemkot? Lurah, camat, satpol PP, disparta itu kemana saja kok ngak tahu?” tanya Freddy dengan nada tinggi.
Diketahui, robohnya rumah Bung Tomo menambah daftar rentetan cagar budaya yang hilang akibat lengahnya pengawasan pemerintah kota Surabaya dibawa kepemimpinan Tri Rismaharini.
Sebelumnya pada tahun 2013, satu-satunya peribadatan Yahudi di Indonesia, Sinagog, yang berlokasi di jalan Kayun Surabaya yang menjadi cagar budaya, juga dirobohkan. Dan saat itu Pemkot Surabaya baru mengetahui setelah bangunan tersebut hancur dengan tanah. Kali ini giliran rumah pidato Bung Tomo di jalan Mawar juga mengalami hal yang sama.
Artikel ini ditulis oleh: