Jakarta, Aktual.com — Lembaga Save Lake Toba Foundation (SLTF) turut prihatin atas kejadian di Haranggaol, Simalungun.
Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan ton ikan mati mendadak di perairan Haranggaol, Kabupaten Simalungun diduga akibat kekurangan oksigen.
“Jika ikan ikan yang sudah mati tidak segera diangkut dari Danau Toba, dapat menjadi sumber penyakit, baik bagi manusia maupun ikan lainnya yang masih bertahan hidup,” kata Hanson Munthe, Sekretaris Jenderal Save Lake Toba Foundation.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara pada 2012, kualitas air, udara, dan tutupan lahan mencapai indeks 60,75. Angka tersebut turun 13,73 poin (18,4 %) dari IKLH tahun 2011 yang berada pada indeks 74,5.
Salah satu upaya mempertahankan Indeks Kualitas Lingkungan adalah meminimalisir keberadaan Keramba Jaring Apung (KJA), mengurangi pencemaran lingkugan baik dari rumahtangga maupun industri perhotelan, atau usaha lainnya yang berada di Kawasan Danau Toba yang berpotensi menambah pencemaran.
Hanson berharap, agar semua pihak dapat berpartisipasi membersihkan Danau Toba, baik pemilik Keramba Jaring Apung (KJA), maupun pemerintah, karena ini merupakan bencana.
Artikel ini ditulis oleh: