Jakarta, Aktual.com — Reforminer Institute meminta pemerintah agar terus mengembangkan lapangan minyak yang ada untuk mengejar peningkatan produksi ditengah penurunan harga minyak dunia.
“Ditengah situasi harga minyak rendah mesti ada pengembangan lapangan. Karena ini penting bagi peningkatan produksi” kata Direktur Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, Kamis (12/5).
Selain itu dia mengapresiasikan adanya penyetujuan pengembangan 18 lapangan minyak selama periode Januari-April 2016 oleh Satuan Kerja Khsusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
“Dengan adanya pengembangan sepanjang tahun ini menunjukkan gairah di sektor hulu ternyata masih ada dan patut untuk terus diapresiasi, tanpa adanya eksplorasi dan pengembangan produksi akan stagnan,” tambah Komaidi.
Sebelumnya SKK Migas telah menyetujui pengembangan 18 lapangan minyak selama periode Januari-April 2016. Dengan Total investasi diperkirakan sebesar USD1,496 miliar atau sekitar Rp19,5 triliun.
Rencana pengembangan lapangan tersebut meliputi plan of development (PoD), plan of further development (PoFD), dan put on production (PoP). Pengembangan lapangan-lapangan tersebut mulai berproduksi (onstream) bervariasi antara tahun 2016 hingga 2020. Sebanyak 16 lapangan berada di wilayah Barat, sisanya di wilayah Timur.
SKK Migas mengestimasi kumulatif produksi minyak dan kondensat dari ke-18 pengembangan lapangan itu sebesar 45 juta barel. Sementara, produksi gas bumi diperkirakan sebanyak 271 miliar kaki kubik (BCF).
Empat KKKS yang mengambil inisiatif pengembangan lapangan tersebut diantaranya ada dua anak perusahaan Pertamina yakni PT Pertamina EP dan PHE Nunukan Company serta dua KKKS lainnya adalah Petrochina International Jabung dan PT Chevron Pacific Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan