Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja perdagangan sektor minyak dan gas (migas) di kuartal I-2016 ini masih mengalami defisit. Pasalnya, impor minyak masih tinggi dibanding ekspornya.

Hal ini semakin memastikan, bahwa Indonesia yang masih disebut negara produsen minyak itu tapi masih melakukan impor yang tinggi untuk konsumsinya.

“Defisit neraca migas ini sebesar US$ 800 juta, dengan nilai ekspor yang mencapai US$2,95 miliar dengan impornya yang masih tinggi sebesar US$3,76 miliar,” ungkap Kepala Departemen Statistik, Hendy Sulistyowati saat diskusi dengan media, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (13/5).

Kendati masih defisit perdagangan migas, memang dibandingkan kuartal sebelumnya mengalami penurunan. Di kuartal IV-2015, defisit migas mencapai US$1 miliar, sementara di triwulan I-2015, US$1,26 miliar.

“Penurunan neraca perdagangan migas ini karena adanya penurunan impor minyak akibat adanya harga minyak dunia yang masih rendah,” tutur Hendy.

Nemun begitu, untuk sektor non migas justru mengalami peningkatan surplus perdagangan. Di triwulan I-2016 ini, mencapai surplus US$3,6 miliar. Angka ini lebih yinggi dari kuartal sebelumnya sebesar US$2,9 miliar. Tapi masih kalah jauh dari kuartal I-2015 yang mencapai US$4,3 miliar.

“Surplus ini karena dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih dalam dari ekspor,” ujar dia.

Meski begitu, karena adanya perlambatan perekonomian global, ekspor non migas juga malah menurun mengikuti impornya yang anjlok. Angka impor non migas sendiri turun 5,2 persen, seiring dengan melambatnya permintaan domestik pada kuartal I-2016 itu.

“Tapi sayangnya, ekspor non migas juga terkoreksi 2,6 persen (qtq) dipengaruhi oleh permintaan global yang masih lemah dan harga komoditas yang masih menurun,” tuturnya.

Lebih jauh Hendy menyebutkan, dengan kondisi tersebut, adanya kenaikan surplus non migas dan penurunan migas telah berkontribusi pada perbaikan neraca perdagangan barang.

“Sebab, dengan perbaikan neraca perdagangan barang dan juga jasa telah memengaruhi penurunan defisit transaksi berjalan,” ungkapnya.

Menurut dia, penurunan defisit transaksi berjalan di kuartal I 2016 ini sebesar US$4,7 miliar atau 2,14 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 5,1 miliar atau 2,37 persen dari PDB.

Artikel ini ditulis oleh: