Ekonomi Tiongkok (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Sektor swasta sangat diharapkan dapat memperbaiki tertumbuhan ekonomi China yang saat ini tengah melemah. Namun ditengah harapat itu investasi swasta justru melah mengalami kemunduran.

“Kami berencana memperkecil usaha, bukan memperluas. Kami tidak merasakan perbaikan dalam perekonomian,” kata Bruno Chen, pemilik perusahaan Ningbo Tengsheng Garments Co, yang bergerak di kawasan ekspor Provinsi Zhejiang, Senin (16/5).

Sementara itu, Xia Xiaokang, manajer Wenzhou Kingsdom Sanitary Ware Co, juga mengaku kurang yakin dengan perekonomian negaranya.

“Kami bahkan sama sekali tidak berinvestasi dalam bentuk aset tetap sepanjang tahun lalu. Sekarang, kami berencana menyewakan sebagian dari pabrik karena terlalu besar,” kata dia.

Secara keseluruhan, data ekonomi pada bulan April di China menunjukkan bahwa investasi, produktivitas pabrik, dan penjualan retail tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan.

Permodalan swasta sejak Januari hingga April hanya tumbuh 5,2 persen atau yang terkecil sejak badan statistik China mulai menghitung data tersebut pada 2012.

Lebih mengkhawatirkan lagi, investasi di sektor swasta terus turun drastis dari 25 persen sepanjang 2013 menjadi 10 persen pada tahun lalu, dan sekarang hanya lima persen lebih sedikit.

Pengambil kebijakan di China pantas untuk khawatir dengan perlambatan ini karena sektor swasta di negara tersebut berkontribusi terhadap sepertiga dari semua lapangan kerja dan menciptakan 90 persen peluang kerja baru di daerah perkotaan.

“Mengingat investasi swasta yang relatif besar, perlambatan yang terus terjadi ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan membutuhkan perhatian lebih,” kata badan statistik China saat menyampaikan data terbaru ekonomi.

Beberapa ekonom sendiri mengatakan bahwa sektor swasta adalah kunci masa depan China.

Meski badan usaha milik negara masih menguasai sebagian besar layanan ginansial bank dan memiliki aset tetap (tanah, bangunan, peralatan) yang paling banyak, sejumlah ekonom mengatakan bahwa perusahaan menengah swasta justru merupakan sumber investasi, inovasi, dan produktivitas.

Peran perusahaan swasta berukuran menengah itu penting karena dinilai lebih efisien menggunakan modal dibanding BUMN.

“kelemahan penanaman modal swasta adalah persoalan mendasar. Kami masih butuh mereka untuk menstabilkan ekonomi,” kata peneliti lembaga perencanaan negara, National Development and Reform Commission, yang menolak untuk mengungkap jati dirinya.

Pada tahun lalu, pemerintah China mencoba menstimulasi pertumbuhan dengan menarget sektor publik . Namun pemerintah dinilai mengabaikan persoalan yang dihadapi sektor swasta, terutama yang bergerak di bidang manufaktur.

“Pengeluaran pemerintah lebih banyak menarget sektor yang menguntungkan BUMN. Jadi sektor swasta tidak mempunyai insentif untuk terus berupaya di masa sulit ini,” kata ekonom ING di Singapura, Tim Condon.

Pada masa yang bersamaan, turunnya permintaan global memuluk mundur sektor swasta lebih jauh.

Sepanjang 2016, sebagian besar ekspor–terutama untuk barang keramik, sepatu, perhiasan, tas, pupuk, bahkan obat-obatan–turun baik dari segi volume besaran maupun nilainya.

Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah China berjanji akan mengambil kebijakan besar demi menghentikan perlambatan investasi sektor swasta, termasuk di antaranya melonggarkan akses pasar.

Di sisi lain, bank sentral di negara itu juga menginstruksikan bank komersial untuk mulai melonggarkan aturan pinjaman bagi perusahaan.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara