Jakarta, Aktual.com — Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar merekomendasikan Ketua Umum terpilih, Setya Novanto, untuk memperjuangan gelar pahlawan bagi Presiden Kedua Republik Indonesia HM Suharto.

Perjuangan itu dinilai akan menemui jalan terjal, sebab hingga kini masih terjadi pro dan kontra di masyarakat terhadap kepemimpinan Suharto pada era Orde Baru.

“Pahlawan itu orang yang memenangi pertarungan, itu namanya sejarah atau history. Mereka yang memenangkan pertarungan itulah yang ditulis sebagai pemenang,” kata pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Hasyim Asyari, saat dihubungi Aktual.com, Kamis (19/5).

Menurutnya, menilai seseorang layak mendapatkan gelar pahlawan atau tidak bisa dilihat dari penekanan sejarah atau history orang tersebut. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana ujung atau akhir pertarungan yang dilakukan orang tersebut.

“Pada akhir era jabatannya Pak Harto itu bagaimana, itu catatan utamanya,” ucap Hasyim.

Diungkapkan, munculnya sebagian masyarakat yang menyukai figur Suharto sebagai Bapak Pembangunan yang dijabarkan dalam bentuk stiker dan sarana publik lainnya tidak bisa dijadikan ukuran.

Misalnya dengan munculnya kata-kata ‘Enak Jamanku Toh’ dengan gambar Suharto tersenyum. Jika dilihat dari format, pilihan kata hingga huruf yang ditulis sebenarnya by design. Kemunculan stiker itu disebutnya sebagai bagian dari upaya cuci otak, yakni menghilangkan sisi negatif terhadap kepemimpinan Suharto.

“Saya kok tidak yakin bahwa itu murni atau ekspresi masyarakat secara alamiah. Saya membacanya kok by design. Lambat lain orang juga akan melupakan peristiwa masa lalu,” ujar Hasyim.

Di sisi lain, menurutnya nasib rekomendasi Munaslub untuk memperjuangkan gelar pahlawan Suharto akan ditentukan oleh seberapa kuat elit politik di negeri ini dalam menekan pemerintah. Khususnya elit-elit yang berada di pemerintah dan diluar pemerintah, termasuk orang-orang yang pernah dibesarkan Golkar yang sempalannya kini berada dimana-mana.

Di tubuh partai politik misalnya, ada Partai Hanura, Partai Nasdem, Partai Gerindra, hingga PKPI yang didirikan Sutiyono. Partai sempalan Golkar ini akan terlihat petanya ke depan, apakah mereka akan mendukung gelar pahlawan Suharto atau tidak.

“Apakah dalam urusan Pak Harto mereka bisa bersatu yang kemudian menekan atau mendorong agar Jokowi memberi gelar, termasuk dari Demokrat. Kalau misalnya partai itu berkolaborasi sama-sama mendorong Pak Jokowi agar jadi pahlawan bisa jadi,” demikian Hasyim.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby