Jakarta, Aktual.com – Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto membantah perusahaan persero yang dipimpinnya itu alami penurunan laba di tahun 2015. Dalam bantahannya, Dwi bahkan mengklaim laba Pertamina di 2015 secara hitungan mata uang rupiah justru naik dibanding 2014.
“Tahun lalu, kalau ditinjau dari laba karena kita melakukan efisiensi. Maka laba kita tidak turun dibanding 2014. Bahkan kalau dalam rupiah kita lebih tinggi. Kalau tahun 2014 laba kita Rp18 triliun, sedangkan 2015 mencapai Rp19 triliun,” ucap dia, di Gedung Pertamina Jl Medan Merdeka Jakarta, Senin (23/5).
Muncul pertanyaan, mana yang benar? Laba Pertamina turun atau malah naik di 2015 dibanding 2014?
Sedangkan turunnya laba Pertamina di 2015 dibanding 2014 muncul dari laporan keuangan perseroan juga. Dituliskan, pada kuartal ketiga 2015, Pertamina hanya memperoleh Laba bersih (net income) sebesar USD 0,92 miliar. Anjlok dibanding 2014, yang laba mencapai USD 1,53 miliar.
Kinerja perseroan pun ditulis tidak memuaskan. Pada kuartal ketiga 2015, Pertamina hanya bisa memperoleh revenue (pendapatan) sebesar USD 32 miliar. Bandingkan dengan periode yang sama di 2014 yang mencapai USD 70,65 miliar. Kemudian, EBITDA perseroan pada kuartal ketiga 2015 juga hanya sebesar USD 3,55 miliar, turun dari USD 5,83 miliar di 2014.
Laporan keuangan per 30 September 2015 (tidak diaudit), total nilai aset Pertamina pun mengalami penurunan. Dari USD 50,35 miliar (2014) menjadi USD 46,38 miliar. Rinciannya, jumlah aset lancar sebesar USD 15,98 miliar dan aset tidak lancar USD 30,395 miliar.
Sementara, utang yang harus dilunasi (liabilitas) perseroan pada tahun lalu sebesar USD 27,33 miliar, terdiri atas liabilitas jangka pendek USD 9,81 miliar dan liabilitas jangka panjang USD 17,51 milar. Liabilitas itu menurun dibanding 2014 yang secara keseluruhan mencapai USD 31,54 miliar.
Kemudian, penjualan dan pendapatan lainnya Pertamina pada 2015 juga jeblok, yakni hanya sebesar USD 31,996 miliar, turun drastis disbanding 2014 yang sebesar USD 54,449 miliar. Laba kotor perseroan pun pada tahun lalu anjlok dibanding tahun sebelumnya dari semula USD 5,73 miliar menjadi USD 3,87 miliar.
Hal lainnya, Pertamina bisa dikatakan BUMN yang sangat telat melaporkan kinerja keuangan. Hingga memasuki akhir Mei 2016, laporan keuangan kuartal pertama tahun ini pun belum dipublikasikan.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta