Petugas mengawasi kapal tanker yang melakukan pengisian minyak di Single Buoy Mooring (SBM) milik Pertamina RU VI Balongan di Laut Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/3). Harga minyak dunia kembali menyentuh kisaran 40 dolar AS per barel akibat berkurangnya pasokan minyak di pasar. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc/16.

Jakarta, Aktual.com — Harga minyak di awal tahun ini yang sempat menyentuh di bawah US$ 30 per barrel tak hanya dikeluhkan oleh para perusahaan minyak dan gas (migas), tapi juga oleh perusahaan jasa pelayaran pengangkut minyak.

Bahkan di saat harga minyak anjlok itu pun, berdampak pada penurunan harga kapal-kapal pengangkut minyak tersebut yang harganya sampai menyusut 50 persen lebih.

Menurut Direktur Operasional PT Sello Maritime Perdana Tbk, Sumanto Hartanto, sebagai perusahan jasa pelayaran kinerjanya sangat tergantung dengan harga minyak mentah dunia itu.

“Karena kita menjalin kontrak dengan perusahaan minyak untuk mengangkut hasil eksplorasi minyaknya, sehingga saat harga minyak turun, kami juga turunkan biaya angkutnya,” jelas dia, di Jakarta, Rabu (25/5).

Ia menambahkan, rendahnya harga minyak saat itu pun sempat membuat beberapa harga kapal besar untuk mengangkut minyak harganya ikut anjlok cukup dalam.

“Kami sempat ditawarkan waktu itu, harga kapal yang biasanya mencapai US$ 30 juta lima tahun lalu, tapi ketika harga minyak turun bisa anjlok hinga US$ 12 juta. Tapi kami tidak ambil, karena saat itu pengiriman minyak juga sepi,” cerita dia.

Saat ini, kata dia, pihak Sillo yang banyak melakukan kontrak dengan perusahaan minyak itu merasa bersyukur dengan harga minyak yang mulai mendekati US$ 50 per barrel.

Apalagi saat harga minyak anjlok, pihaknya pun sempat memberikan diskon pengangkutan minyak. Pihaknya memberi patokan harga antara US$ 37-42 per barrel. “Jadi saat harga di bawah US$ 37 kami berikan diskon, tapi ketika di atas US$ 42 tidak kami berikan diskon,” kata dia.

Untuk itu, pihaknya bersyukur harga minyak mulai bullish. Apalagi menurut Bank Dunia dan IMF, di awal 2016 harga minyak dan gas sudah mencapai titik terendahnya. Dengan kondisi itu, diprediksi harga minyak akan mengalami kenaikan seiring dengan perbaikan ekonomi global.

“Hal itu akan memberikan potensi peningkatan kinerja pendapatan dan profitabilitas perseroan,” tegas dia.

Sementara dalam rangka mencari pendanaan untuk mendongkrak kinerja perseroan, pihak Sillo juga telah melakukan proses penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

“Saham yang kami lepas sebanyak-banyaknya 600 juta lembarbatau 23,08% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO ini,” ungkap Sumanto.

Dana IPO itu akan digunakan perseroan untuk pengembangan usaha perseroan melalui penyertaan 50,84% saham pada PT Suasa Benua Sukses sebanyak 90% dan sisanya untuk modal kerja.

Saat ini, menjalin kontrak dengan perusahaan migas seperti CNOOC SES Ltd, Petrochina International Jabung Ltd, Total E&P Indonesia, Chevron Indonesia, dan Conoco Phillips Indonesia Inc Ltd.

“Jadi klien kami perusahaan migas yang berproduksi bukan perusahaan yanv baru eksplorasi,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka