PHK dan Pengangguran (Aktual/Ilst.Nelson)
PHK dan Pengangguran (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Wakil Ketua Umum DPP Gerindra, Arief Poyuono mengingatkan bahwa posisi Indonesia sedang menuju depresi ekonomi yang akut. Pasalnya pemerintah tidak melakukan antisipasi potensi penghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia serta tidak efektifnya langkah penanganan yang dilakukan.

Arief memaparkan, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan April 2016 mengalami deflasi sebesar 0,45 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Kemudian melalui Bank Indonesia, pemerintah mengklaim deflasi yang terjadi disebabkan oleh Penurunan harga BBM ,Panen Raya dan Tarif dasar Listrik.

Padahal menurut pengamatan Arief, terjadinya deflasi disebabkan daya beli masyarakat yang kian menurun akibat dari makin turunnya pendapatan mereka, atau hilangnya sumber pendapatan mereka akibat terdampar gelombang PHK.

“Terjadinya Deflasi karena daya beli masyarakat yang semakin menurun diakibatkan oleh makin turunnya pendapatan masyrakat akibat hilangnya Sumber pendapatan masyrakat seperti PHK, Gaji buruh yang dibayar dibawa UMR, Deflasi saat ini terjadi juga akibat banjirnya barang import cuci gudang dari China dimana di China terjadi over capacity production sehingga China harus mengobral murah murah hasil industrinya,” tutur Arief, Senin (30/5).

Dia menegakan bahwa tidak benar deflasi yang terjadi saat ini lebih dikarenakan oleh kinerja Ekonomi pemerintah Jokowi yang melakukan kebijakan penurunan harga BBM, TDL Listrik dan Panen raya.

Karena ketiga faktor tersebut semua tidak mempengaruhi turunnya nilai inflansi, yang terjadi justru Industri penghasil barang dan jasa di Indonesia mengurangi produksinya akibat daya beli masyarakat yang makin menurun sehingga barang dan jasa yang dihasilkan Industri di Indonesia tidak laku dan kalah bersaing dengan barang barang China .

“Kalau deflasi dikatakan karena Panen raya, itu juga bohong besar. Harga pangan murah juga akibat membanjirnya import pangan. Hal lain karena pemerintah untuk menghadapi hari raya juga mencanangkan Import besar besaran produk pangan seperti gula, daging, beras dan lainnya sehingga jelas bohong besar kalau deflasi disebabkan oleh Panen raya,” tukasnya.

Dengan demikian, akibat deflasi yang tidak didasari oleh kinerja ekonomi nasional, misalnya akibat cost produksi yang menurun atau kebijakan yang mengarah turun nilai inflasi, maka akan menyebabkan depresi ekonomi yang bersamaan dengan jatuhnya kurs nilai mata uang rupiah terhadap USD, angka pengangguran yang terus meningkat, serta hancurnya Industri nasional akibat tidak mampu bersaing dengan produk produk import

“Jadi hati-hati jika tidak ditangani dengan baik masalah negative deflasi ini akan menimbulkan depresi ekonomi yang mengarah pada Krisis Ekonomi yang akan melahirkan ledakan pengangguran besar besaran,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka