Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto memberikan keterangan pers terkait likuidasi Petral Group di Jakarta, Senin (4/4). Pertamina telah melakukan formal likuidasi Petral Group yang terdiri dari Zambesi, Petral dan PES pada Februari 2016 lalu sehingga lebih cepat dari target sebelumnya yakni Juni 2016. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com — Adanya suara ketidakpuasan terhadap Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, disambut tantangan dari Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Sutjipto. Dia mempersilakan bagi pihak yang merasa tidak puas atau dirugikan dan didiskriminasikan oleh ISC agar melaporkan secara resmi kepadanya untuk ditindaklanjuti.

“Kalau ada pihak peserta lelang yang tidak puas dengan ISC ya disampaikan, nanti kita evaluasi ke tim ISC. Kalau peserta tender yang tidak puas, disampaikan aja ke managemen,” tuturnya di Gedung Pertamina Jakarta, Selasa (31/5).

Tidak hanya itu, dia mengklaim sejauh ini kinerja ISC sudah berhasil melakukan efisiensi, bahkan pada semester dua tahun ini dia menargetkan mampu mengurangi losses hingga lebih dari USD -2.2 per barel.

“Tahun 2014 alpha kita USD +0.3 per barel, tahun 2015 alpha kita USD -1.5 per barel dan semester 1 2016 kita mampu USD -1.9 per barel, sementara sester II kita target lebih USD -2.2 per barel,” pungkasnya.

Sebelumnya Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi, meyakini adanya kecurangan yang dilakukan Integrated Supply Chain(ISC) dalam lelang impor minyak.

Menurutnya, secara kasat mata dengan tingginya harga penjualan minyak di Indonesia dibanding negara lain menandakan adanya permainan curang ISC dalam penyelenggaraan tender impor minyak mentah.

Dia menambahkan bahwasanya akibat praktek kecurangan yang terjadi telah merugikan rakyat karena tawar menawar harga membutuhkan cost yang tinggi untuk ‘mengamankan’ protes atas ketidakjujuran Pertamina.

“Saya sih kurang percaya dan tidak yakin bahwa tender minyak Pertamina bersifat terbuka dan transparan. Tidak usah dilihat dari pengumuman website, CBA cukup tutup mata saja dengan melihat indikasi harga minyak dalam negeri kita itu terlalu mahal bila dibandingkan harga minyak internasional. Mahalnya harga minyak dalam negeri ini mengindikasikan bahwa proses lelang sudah diatur, siapa pemenangnya,” pungkas Uchok kepada Aktual.com, Kamis (5/5).

Kemudian Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) menyoroti dugaan menyimpang yang dilakukan lembaga pengganti peran dan fungsi Petral tersebut.

Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman mengatakan siklus tender ISC untuk pengadaan WFC sebesar 18 juta barel untuk periode penyerahan Juli 2016 sampai Desember 2016, digelar secara tertutup dan hanya mengundang 7 perusahaan dari 133 perusahaan terdaftar di ISC.

Berdasarkan data temuan Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) untuk harga per barel WFC periode Juli adalah dengan Alpha +USD 4.05. Selanjutnya, periode Agustus adalah Alpha +USD4.09 per barel, September Alpha +USD 3.09, Oktober Alpha +USD 4.27 per barel. Sedangkan untuk periode November adalah Alpha +USD 4.45 per barel, dan Alpha +USD 4.46 per barel untuk periode Desember 2016.

Harga pengajuan trader tersebut tentu lebih mahal ketimbang harga yang ditawarkan produsen langsung yakni Nigerian National Petroleum Corporation (NNPC). Lagipula perusahaan Trafigura yang memasok WFC, saat ini diketahui tengah kena sanksi dari NNPC terkait temuan audit yang ditunjuk pemerintah Nigeria.

“Pertanyaannya, kenapa ISC lebih memilih Trafigura, padahal NNPC yang berstatus produsen, berstatus sebagai perusahaan yang terdaftar juga di ISC. Kalau bisa beli ke produsen langsung kenapa harus melalui trader, seharusnya ISC lebih mendapat harga murah langsung ke NNPC” kata Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, Senin (2/5)

Sementara dia mengaku telah melakukan penelusuran ke alamat web milik Pertamina yang beralamat di www.pertamina.com, namun tidak ditemukan pengumuman tentang dibukanya tender pengadaan WFC.

Pemberitahuan terakhir yang dipublikasikan oleh Pertamina yaitu pengumuman pembelian term minyak mentah melalui tender terbatas untuk periode Februari-Juni 2016, dengan batas waktu penyampaian penawaran Rabu 25 Nov 2015 dengan masa berlaku penawaran hingga Rabu 2 Desember 2015, Selebihnya, untuk pengadaan Juni 2016 dan seterusnya, tidak lagi diumumkan.

“Pelaksanaan tender WFC sudah digelar secara tergesa gesa tanpa pengunguman di website Pertamina seperti yang diucapkan oleh Wianda. Untuk diketahui, tender itu dilakukan pada 25 April 2016 dikirim pada malam hari dan undangan terbatas 7 peserta dan batas penawaran tanggal 27 April 2016 pukul 14.00 WIB. Adapun pemenangnya telah diumumkan pada 29 April 2016 , sehingga tender ini diduga betul-betul siluman, Dirut Pertamina sebagai atasan langsung fungsi ISC harus ikut bertanggungjawab,” pungkas Yusri.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan