Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. (ilustrasi/aktual.com)
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com — Kondisi perekonomian global yang kian mengkhawatirkan mulai masuk lebih serius dalam radar Bank Indonesia. Dua isu yang vital terkait kepastian kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, perekonomian global saat ini terus mewaspadai secara serius kondisi di AS yang menunjukan bahwa pimpinan Th Fed Open Market Committee (FOMC) meeting sepertinya akan pasti menaikkan suku bunganya di Juni atau Juli ini.

“Kendati di FOMC meeting ada perdebatan terkait menaikkan suku bunga, sejauh ini pandangan The Fed lebih kuat untuk menaikkan Fed fund rate, bahkan pada Juni tahun ini,” tandas Agus di komplek BI, Jumat (3/6).

Dengan kebijakan tersebut, kata dia, akan ada dampak terhadap perekonomian nasional.

“Pasti akan ada gejolak-gejolak yang berdampak pada Indonesia. Tetapi saat ini, indikator ekonomi kita cukup baik,” terang dia.

Antara lain, kondisi inflasi saat ini masih dianggap baik dan terkendali. Posisi inflasi Mei di 0,24% sementara untuk year on year masih di angka 3,33%. “Memang kita merasa itu masih dalam kondisi sejalan dengan target kita,” ungkap dia.

Lebih lanjut Agus Marto menyebutkan, sentimen global yang bisa mempengaruhi pasar keuangan domestik juga datang dari rencana Inggris Raya yang akan keluar dari Uni Eropa (Brexit/Britania Exit).

“Kondisi yang juga mulai kami perhatikan dalam satu-dua hari ini adalah soal Brexit. Ini akan berdampak pada perekonomian kita,” tegasnya.

Padahal, menurut dia, sebelumnya sentimen ini sudah bergeser bahwa Inggris Raya masih menginginkan untuk bergabung di Uni Eropa. “Tetapi, polling terakhir mengatakan justru sekarang arahnya keluar dari Uni Eropa,” kata Agus Marto.

Agus Marto menyatakan, jika Brexit terealisasi, maka poundsterling akan mengalami tekanan yang memberi dampak pada penguatan dollar AS. Sehingga akhirnya rupiah akan anjlok.

“Memang di global masih ada kondisi seperti ini, tetapi di Indonesia akan terus menjaga supaya stabilitas terpelihara,” paparnya.

Sejauh ini, pergerakan nilai tukar rupiah untuk year to date (ytd) menguat 1%. Hal ini masib dianggap positif.

“Karena ini sejalan dengan negara-negara yang lain, negara tetangga kita, dan negara yang emerging market yang lebih lemah itu malah kelihatan terjadi pelemahan,” tegas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka