Jakarta, Aktual.com — Direktur Eksekutif Energi Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean menyebut Presiden Joko Widodo kerap memojokkan prestasi Presiden Indonesia Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menduga Jokowi sedang membangun opini mengklaim pemerintahanya jauh lebih baik dibanding saat Ketua Umum Partai Demokrat (PD) itu memimpin.
Dia menceritakan kejadian ini bermula ketika Jokowi bertolak dari Jakarta dan menuju Aceh untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) sebesar 184 MW, melengkapi sistem kelistrikan Aceh yang pada awalnya baru mendapat pasokan energi sekitar 162 MW dari total kebutuhan 337 MW pada saat beban puncak.
“Bersyukurlah rakyat aceh dan harus berterimakasih kepada negara yang mana saat proyek ini dimulai presidennya masih Soesilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2013. Sayangnya Jokowi saat meresmikan proyek ini tidak menyinggung bahwa proyek tersebut dimulai dan dirancang masa pendahulunya yaitu SBY,” kata Ferdinand, Minggu (5/6).
Ferdinand mempertanyakan upaya Jokowi menghilangkan jejak proyek infrastruktur energi tersebut supaya seolah olah itu prestasi besar rezimnya.
Belum lagi kehadiran Menteri BUMN Rini Soemarno dalam perjalanan tersebut menjadi lelucon tersendiri, karena bagi Ferdinand tidak jelas urgensi dan relevansinya Rini yang merupakan Menteri BUMN yang tidak ada sangkut paut masalah teknis operasional pembangkit listrik.
Lepas dari Aceh, presiden kemudian melanjutkan perjalanannya ke Kalimantan untuk Ground Breaking Mobile Power Plant (MPP) di Mempawah untuk menambah pasokan listrik bagi Kalimantan yang selama ini mengimport daya dari Malasya sekitar 50 MW.
Selain Ground Breaking MPP, Jokowi juga mengunjungi PLTU Mempawah yang didengungkan secara keras oleh Presiden Jokowi sebagai proyek mangkrak 7 tahun pada pemerintahan pendahulunya presiden SBY. Jokowi bahkan sesumbar memerintahkan PLN untuk mengoperasikan PLTU tersebut pada bulan September 2016.
Yang menarik adalah dua standar berbeda di Aceh dan Mempawah. PLTMG Aceh yang sukses beroperasi tidak menyebut terimakasih pada pendahulunya, tapi di Mempawah Jokowi terkesan ingin permalukan pendahulunya dengan menyebut proyek mangkrak 7 tahun. Ferdinand menduga prilaku tidak baik dari Jokowi adanya motif pertempuran opini jelang 2019 yang memang sudah mulai panas ditahun kedua pemerintahan Jokowi.
“Hingga saat ini kami mencoba mengerti kenapa Jokowi harus sedikit lebay dengan berulang-ulang mengunjungi yang katanya proyek mangkrak seperti Hambalang, PLTU di Jateng dan PLTU Mempawah ini. Jokowi sedang memainkan peran dalam pertempuran dengan SBY untuk 2019,” tukasnya.
Namun terlepas dari sisi politik itu, Ferdinand melihat saat ini bukan waktunya bicara proyek mangkrak masa lalu, karena justru saat ini lebih berbahaya dari proyek mangkrak yaitu negara yang mangkrak dipimpin Jokowi.
“Kami tidak melihat pemerintah ini punya program jelas memimpin negara ini, kami tidak melihat bahwa pemerintah punya solusi atas masalah bangsa yang ada, kami tidak melihat bangsa ini menuju arah yang benar menuju perbaikan. Intinya kesimpulan bagi kami negara sedang mangkrak. Pendapatan negara tidak tercapai, hutang makin menumpuk, pemerintahan lebih besar pasak dari tiang, sungguh negara yang sedang mangkrak saat ini bukan lagi proyek yang mangkrak,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta