Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengomentari perubahan target pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam RAPABN Perubahan 2016 ini. Pemerintah yang semula menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen dikoreksi menjadi 5,1 persen.
Pesimisme Kementerian Keuangan ini, sebut Darmin, karena perekonomian global yang masih melambat, dan masih terjadinya pelemahan harga komoditas dunia, terutamanya minyak mentah dunia.
“Memang saat ini (kondisi perekonomian) makin berat. Penyebabnya, selain ekonomi dunia juga melambat, penerimaan dari sektor pajak ini masih tidak bagus,” tandas Darmin di kantornya, Rabu (8/6).
Memang dia mengakui, masalah penerimaan negara dari perpajakan yang rendah ini menjadi biang kerok defisitnya APBN dalam beberapa tahun belakangan ini. Mestinya, pemerintah nisa mencari solusinya.
“Cuma memang bagi saya direktorat jenderal pajak (DJP) Kemenkeu ini harus di-reform. Biar bisa mencapai target,” jelas Darmin.
Namun Darmin sendiri senagai menteri koordinator tidak secara spesifik mengemukakan soal reformasi di DJP itu. Dirinya mengeluhkan, tidak tercapainya target pajak itu, gara-gara Kementerian Keuangan sibuk mengurusi RUU Pengampunan Pajak (Tax Amnesty).
“Cuma masalahnya di internal DJP sendiri sibuk ngurusin tax amnesty. Jadi tidak terlalu fokus menggenjot penerimaan negara,” kritik Darmin.
Lebih jauh ia menegaskan, kalau ditengok dari direvisinya pertumbuhan ekonomi, dia sendiri memakluminya. Apalagi capaian pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2016 ini masih rendah.
“Kalau tahun lalu kita relatif membaik. Tapi di tahun ini sepertinya makin berat. Apalagi kita awali (kuartal I-2016) dengan 4,9 persen,” ujar dia.
Meski begitu, pemerintah diminta jangan menyerah dengan perlambatan ekonomi global dan rendahnya penerimaan negara dari pajak ini. “Sekarang, kita tidak boleh menyerah lagi dengan perlambatan ini. Optimis pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dapat dicapai,” pungkas Darmin.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka