Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato disela penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2015 dari Ketua BKP Harry Azhar Aziz di Istana Negara, Jakarta, Senin (6/6). ANTARA FOTO/Setpres/Cahyo/pus/foc/16.

Jakarta, Aktual.com — Presiden Joko Widodo mengaku teringat rencana perombakan Kabinet Kerja yang akan dilakukannya di kediaman Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/6).

Dalam haul ke-3 wafatnya mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Taufik Kiemas itu, Jokowi mencatat ada 6 menteri dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

Awalnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Sirodj saat memberikan tausyiah melontarkan pernyataan mengenai keberadaan warga NU di Kabinet Kerja. Diam-diam Presiden kemudian menghitung siapa saja warga NU di kabinet.

“Saya jadi ingat reshuffle kalau seperti ini,” kata Jokowi.

“Sebelum melanjutkan, saya mau klarifikasi pada Pak Kyai mengenai menteri NU. Tadi diam-diam saya hitung ada enam Pak Kyai. Dari NU itu ada. Muhammadiyah, karena Pak Haedar enggak tanya, saya tidak hitung,” pungkasnya.

Presiden mengakomodir dua organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut. Berdasarkan catatan, keenam warga NU yang menjadi menteri itu adalah Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

Selanjutnya Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar dan terakhir Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir.

Artikel ini ditulis oleh: