Jakarta, Aktual.com — Pencapaian penerimaan pajak hingga akhir Mei 2016 hanya mencapai 26,8 persen. Angka ini jauh dari target, padahal semester I-2016 hampir habis, mestinya bisa mendekati angka 50 persen.
Secara total penerimaan pajak sampai ujung Mei 2016 baru mencapai Rp364,1 triliun. Atau sekitar 26,8 persen dari target penerimaan pajak dalam APBN 2016 yang mencapai Rp1.360,2 triliun.
Di tengah penurunan capain pajak ini, untuk jenis Pajak Penambahan Nilai (PPN) juga ikut tergerus. Penerimaan yang rendah ini sudah jelas menunjukkan perekononian nasional memang sedang melambat tajam.
“Pajak jenis PPN mengalami pertumbuhan minus sebesar 26,8 persen hingga akhir Mei 2016 dibanding tahun lalu,” tandas Kepala Pusat Harmonisasi dan Analisis Kebijakan Kementerian Keuangan, Luky Alfirman di Jakarta, Jumat (10/6).
Menurut Luky, jika dilihat secara kuartalan, hingga kuartal-I 2016, pelemahan PPN ini mencapai 22 persen.
“Tingkat konsumsi masyarakat dan dan kedatangan produk impor juga rendah, sehingga berdampak pada PPN yang minus. Karena memang, PPN itu yang paling cepat merespon kondisi perekonomian nasional,” papar Luky.
Meski ia mengakui perekonomian sedang melambat, tapi dia sendiri yakin bahwa dalam waktu dekat daya beli masyarakat akan meningkat. Terlebih di bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri nanti biasanya konsumsi masyarakat meningkat.
“Saya yakin itu (daya beli naik). Apalagi nanti kalau THR (Tunjangan Hari Raya) sudah cair,” kata dia.
Sehingga, prediksi dia pada kuartal kedua atau awal semester dua bisa ada perbaikan konsumsi masyarakat tersebut.
“Saya yakin di akhir kuartal kedua minus PPN ini akan lebih kecil,” ujar Luky.
Lebih jauh dia menegaskan, di beberapa sektor PPN terjadi penurunan, tapi di sektor lain PPN-nya juga menaik. Apalagi, kata dia, laju PPN di Januari-Maret minus, tapi di April mulai meningkat.
“Tapi secara keseluruhan, sejak bulan-bulan pertama 2016 penerimaan pajak itu memang masih dibayang-bayangi oleh restitusi awal tahun,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan