Jakarta, Aktual.com — Muslim di Eropa termasuk masyarakat Indonesia yang beragama Islam khususnya di Kerajaan Inggris menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan terlama sejak 35 tahun terakhir dan di tengah musim panas yang cukup panjang.
“Memang tidak mudah bagi masyarakat Indonesia dimana waktu siang yang panjang, sebenarnya bisa saja menjalani ibadah puasa di wilayah Eropa seperti Inggris jadwal berbuka mengikuti waktu negara Islam terdekat seperti Arab Saudi,” ujar Ustad Dr Hilman Latief di Wisma Nusantara, kediaman Dubes RI Rizal Sukma, di London ditulis Minggu (12/6).
Puasa di negara ini dimulai saat fajar pukul 2.41 pagi, sementara matahari baru terbenam pada pukul 21.15 malam.
Kehadiran Hilman Latief, dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Inggris difasilitasi Garuda Indonesia adalah untuk mengisi ceramah di KBRI London selama bulan suci Ramadhan dan juga di berbagai kota di Inggris.
Ceramah menjelang waktu berbuka yang diadakan di Wisma Nusantara, Sabtu malam, dihadiri sekitar 200 umat muslim Indonesia yang datang dari berbagai kota di Inggris. Hilman Latief menyampaikan pembahasan yang bertema puasa dan ketakwaan.
“Terasa memang bedanya puasa di Indonesia dan di Inggris,” ujarnya.
“Saat pukul lima sore, bila di Jakarta pukul lima waktu berbuka tinggal satu jam lagi, sementara di Inggris masih empat jam,” ujar Ustad yang baru tiba dua hari di bulan Ramadhan dan sempat menjalani ibadah puasa di Yogyakarta dan Jakarta sebelum melakukan safari Ramadhan atas undangan KBRI London untuk mengisi ceramah di beberapa kota di Inggris.
Dia mengatakan, tidak salah apabila dalam satu riwayat disebutkan bahwa kebahagiaan seseorang yang menjalani ibadah puasa adalah pada saat waktu berbuka, saat haus boleh minum dan saat lapar boleh makan.
“Sangat natural sekali,” ujar dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu menambahkan bahwa kebahagiaan orang yang menjalani ibadah puasa pada saat berbuka merupakan waktu yang ditunggu-tunggu.
Apalagi bagi yang menjalani ibadah puasa di wilayah Eropa saat musim panas dengan jarak waktu yang cukup panjang selama 19 jam lebih, bukan waktu yang normal. Meskipun banyak pertanyaan namun belum ada fatwa yang bulat menyebutkan puasa di musim panas waktu berbuka bisa mengikuti waktu di negara Islam yang terdekat.
Diakuinya ber-Islam itu mudah tetapi perlu perjuangan seperti yang disebutkan dalam Al Quran. Ada kesulitan di situ, namun ada kemudahan.
Seperti halnya mendidik anak-anak mengenal puasa tetapi memaksakan anak untuk menjalani ibadah puasa sepenuhnya, apalagi di musim panas bukanlah hal yang mudah, maka dalam hal ini orang tua harus bersikap bijak.
Sementara konsep takwa menjadi tujuan bagi orang yang berpuasa dengan beberapa tingkatan diantaranya imsyak, shaum dan berbuka. “Berpuasa tidak sekedar menahan lapar dan haus tetapi bagaimana meningkatkan keimanan,” ujarnya.
Pada sesi tanya jawab ibu Nizma Agustjik yang mengajukan pertanyaan mengatakan bahwa tahun ini adalah puasa terpanjang di Inggris sejak 35 tahun. “Bagaimana hukumnya bagi mereka yang tinggal di negara Skadinavia yang menjalani puasa lebih panjang dari Inggris sekitar 20 jam yang berarti waktu siang hanya empat jam,” katanya.
Hilman Latief yang menyelesaikan Phd di Belanda mengakui bahwa hal itu menjadi perhatian para ulama sedunia termasuk diantaranya Shaikh Dr Yusuf Qardawi. Para ulama mencoba untuk mennyepakati sebuah ijma bahwa mereka dibolehkan mengikuti waktu berbuka seperti di negara Islam terdekat. Misalnya Saudi Arabia.
“Rasanya puasa pada musim panas tentunya tidak sama dengan Indonesia yang lebih singkat waktunya hanya sekitar 12 jam, sementara di Eropa dengan empat musim, bulan Ramadhan tahun ini termasuk yang terpanjang dalam sejarah, hanya tinggal ketakwaan seseorang dalam menjalaninya,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka