Jakarta, Aktual.com — Menko Perekonomian, Darmin Nasution telah memberikan pernyataan yang mengelabui publik terkait harga-harga sejumlah kebutuhan pokok. Dalam pernyataannya Rabu (8/6) mengatakan jika menurut pantauannya harga kebutuhan pokok yang masih tinggi kenaikannya tinggal gula pasir dan daging sapi. Padahal fakta di lapangan berbeda, hampir seluruh kebutuhan pokok naik.
Demikian disampaikan Aktivis Muda Indonesia, Arief Dwi Purnomo bahwa kinerja Menko Darmin tidak maksimal. Perekonomian Indonesia semakin mengalami kemerosotan terutama di sektor pangan.
“Fakta di lapangan jelas berbeda, hampir seluruh kebutuhan pokok naik, walaupun angkanya bervariasi. Sementara jika tidak naikpun, sebenarnya harga kebutuhan pokok sudah naik menjelang ramadan yang lalu, sehingga kalaupun sekarang stabil, lebih pada stabil di posisi harga tertinggi,” ungkapnya, Senin (12/6).
Sebagai informasi, sebelumnya Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri, Jumat (10/6) mengatakan beberapa harga bahan kebutuhan pokok itu masih tinggi, di antaranya seperti daging sapi sebesar Rp150.000-Rp170.000/kg, bawang merah sebesar Rp45.000-Rp50.000/kg, dan gula sebesar Rp16.000-Rp18.000/kg, dsb.
Sementara itu, Menko Darmin lagi-lagi berkomentar lucu di media, bahwa “pemerintah terus mencari cara, menyiapkan langkah-langkah guna mengendalikan harga dan menurunkan harga pangan”.
“Statement Menko Darmin tersebut jelas terlihat jika tidak punya prediksi dan kesiapan perencanaan sebelumnya jauh-jauh hari soal tata kelola harga pangan, sehingga terlihat aksi dan kebijakannyapun reaktif, gagap dan tanpa arah yang jelas,” tambahnya.
Apalagi sebelumnya ada perbedaan tajam antara Menteri Perdagangan Thomas T.Lembong dan Menteri Pertanian A.Amran Sulaiman terkait data maupun kebijakan soal komoditas pangan. “Sebagai Menko Perekonomian mestinya pak Darmin segera menyelesaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman tersebut,” cetusnya.
Namun faktanya tidak demikian. Perbedaan itu terus berlarut-larut hingga berdampak mengacaukan harga pangan di lapangan saat ini. Yang aneh lagi, ketika harga pangan bergejolak, justru yang terlihat kerja keras dan paling bertanggung jawab adalah Menteri Amran dan Menteri Thomas, padahal kedua menteri tersebut tidak mungkin akan berjalan sendiri-sendiri secara baik tanpa koordinasi dan pengendalian dari menko perekonomian.
“Beberapa alasan diatas cukup, bahwa sejatinya gonjang-ganjing harga pangan saat ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan menko perekonomian Darmin Nasution yang lemah dan tidak punya arah dan terobosan yang jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang,” urainya.
Padahal ini baru soal harga pangan, belum lagi soal pertumbuhan ekonomi yang melambat , target pertumbuhan ekonomi yang gagal, hingga gagalnya target peraturan dalam paket kebijakan ekonomi yang belum selesai.
“Maka dari itu kami berkesimpulan dan menduga prestasi Pak Darmin Nasution jeblok. Faktanya, Dia tidak mampu menjadi koordinator yang baik, sehingga penyelarasan program-program ekonomi pemerintah saat ini yang melibatkan banyak sektoral kementerian dan lembaga gagal. Terobosan-terobosan kebijakan jangka pendek maupun jangka panjang menko perekonomianpun nyaris nihil, seperti contoh soal harga pangan sekarang yang gonjang-ganjing tak terkendali ini,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan