Jakarta, Aktual.com – Konfederasi Serikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi) mengklaim, PT Chevron Pasific Indonesia terus mengurangi pekerjanya sebagai tuntutan program pengelolaan tenaga kerja di organisasi baru pada bulan Mei 2016.
“Ada tambahan yang baru (pemutusan hubungan kerja), tapi laporannya kita belum dapat untuk fase ketiga di bulan Mei. Berikut data informasi yang jelas, tapi sepertinya ada,” tegas Ketua Sarbumusi Basis Chevron Riau, Nofel di Pekanbaru, Selasa (15/6).
Menurut dia, jumlah pekerja Chevron terkena pemutusan hubungan kerja bisa dipastikan tidak terlalu banyak karena perusahaan multinasional tersebut telah merumahkan karyawan total hingga akhir April tahun ini 806 orang pekerja.
Terdapat 651 orang karyawan perusahaan penghasil minyak dan gas bumi berasal dari Amerika Serikat itu, dari sisa total sekitar 5.600 orang lebih pekerja telah dapatkan perlakuan demosi Chevon baik di Provinsi Riau dan Kalimantan.
Meski ratusan karyawan tersebut telah mendapat perlakuan demosi, namun hingga kini belum jelas ditempatkan pada bagian mana di tubuh organisasi baru perusahaan terhitung pada 1 Mei 2016.
“Mereka ini ditempatkan pada tempat-tempat dianggap yang oleh perusahaan, itu lah tempat yang layak sekarang. Walaupun tempat itu, tempat demosi bagi mereka atau live standing (berdiri hidup),” kata Nofel.
Wakil Ketua Sarbumusi Basis Chevron Riau, Bambang Sunarka mengatakan, model pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Chevron, bisa menjadi preseden buruk bagi koperasi-korporasi di Indonesia.
“Dia (Chevron) melakukan itu, meski tidak boleh lakukan hal tersebut. Misalnya dalam hal efisiensi, kan sudah diatur dalam undang-undang. Tapi di luar itu lah mereka jalankan, seolah-olah karyawan melakukan pengunduran diri secara sukarela,” tegasnya.
Senior Vice President, Policy, Government, and Public Affairs Chevron Indonesia, Yanto Sianipar sebelumnya mengatakan, perusahaan migas itu kini tengah melakukan kajian terhadap semua model bisnis dan operasi.
“Latar belakangnya bukan hanya karena harga minyak yang rendah, melainkan sejak tahun lalu kami sudah melakukan tinjauan terhadap bisnis dan operasi di lapangan,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka