Jakarta, Aktual.com – Indonesian Pertoleum Association (IPA) mempertanyakan kebijakan politik energi pemerintah yang terkesan ragu-ragu untuk memutuskan penerapan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia.

Padahal menurutnya Indonesia sudah mengalami darurat energi, dengan kapasitas produksi minyak 800 ribu barel oil per day (Bopd) dan konsumsi mencapai 1,6 juta Bopd maka Indonesia mengalami defisit energi.

“Nuklir kita mestinya jangan alergi, banyak negara-negara maju mengunakan nuklir sebagai sumber energi, apa lagi teknologinya makin lama makin maju maka kita jangan mengharamkan nuklir, pemerintah telah ditakut-takuti, apa yang membuat pemerintah takut?” tanya Chairman Environment and Safety Committee (IPA) Ibrahim Arsyad, Jumat (17/6).

Lebih lanjut menurutnya kalau Indonesia punya pembangkit nuklir maka negara Indonesia akan lebih berdaulat, selain mampu mendorong produksi industri dan memacu perekonomian, namun juga mampu menghemat devisa karena tidak perlu lagi melakukan impor minyak untuk menutupi defisit.

Kemudian faktor lain juga mendorong perlunya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yakni melihat implementasi pemerintah dalam mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) dinilai berjalan lamban.

“Kita sudah masuk darut energi, produksi kian turun sedangkan konsumsi makin meningkat, kita nutupi kekurangan dengan impor, seharusnya pakai EBT tapi implementasinya nggak jalan, masalahnya disitu, makanya kita darurat energi dan perlu PLTN,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka