Jakarta, Aktual.com – Adanya rencana kebijakan pemerintah untuk merubah skema acuan harga minyak (Indonesia Crude Price/ICP) disambut baik oleh pengamat dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro.
Menurut Komaidi, dalam ketidak pastian harga minyak dunia diperlukan strategi perubahan sebagai respon untuk menjadikan kebijakan dalam penataan anggaran di APBN lebih realis.
“Yang jelas acuan ICP yang realistis akan memudahkan penyusunan APBN baik saat ini maupun nanti,” kata Komaidi, Senin (20/6).
Sebelumnya rencana ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja. Menurut wirat, penggunaan referensi rim dan plats yang dilakukan selama ini dirasa sudah tidak sesuai dengan pekembangan harga minyak dunia yang terus mengalami fluktuasi secara cepat.
“Kita adjust gitu. Selama ini kita tergantung referensi rim sama plats. Sekarang lebih banyak mengacu ke Brent. Kita lihat juga attachmentnya ke Brent dan WTI,” tutur Wirat.
Kemudian dia juga mengaku sedang intensif melakukan simulasi analisis Plat, Rim, Brent dan WTI agar menemukan patokan harga yang lebih realistis.
“Jadi jangan sampai harga kita terlalu murah atau terlalu mahal. Kalau terlalu murah kita rugi, kalau rerlalu mahal enggak ada yang beli” tambah Wirat.
Dia menegaskan tidak mau lagi kecolongan dengan rendahnya kualitas minyak yang tidak sesuai dengan referensi. ” Jangan sampai kita menggunakan referens yang terlalu tinggi, tapi kualitas minyak kita tidak sebagus referensi itu. Nanti pada waktu jual enggak ada yang beli. Atau harga rendah, pembelinya keenakan. Dapat minyak bagus harga rendah “kata Wirat.
Kementerian ESDM menargetkan perubahan referensi minyak bisa direalisasikan dalam waktu dekat” Kita masih tunggu keputusan Menteri, tapi ditargetkan bulan depan bisa diterapkan” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka