Mantan Relawan Teman Ahok memperlihatkan surat tigas dan struk transfer bank saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (22/6). Pola -pola yang dipakai relawan untuk memgimpulkan KTP dengan berbagai macam cara, seperti menggunakan data KTP untuk program KKS Jokowi, membeli dari oknum kelurahan, membeli KTP dari beberapa counter pulsa dan semakin banyak KTP yang dikumpulkan sebagian adalah KTP ganda. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Mantan Penanggungjawab Teman Ahok, Paulus Romundo, mengungkapkan bagaimana kerja pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam mengumpulkan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Relawan yang bekerja untuk mensukseskan pencalonan Ahok melalui jalur independen itu bekerja layaknya buruh pabrik.

“Kami dikejar target sekitar 3 bulan lebih (kumpulkan) satu juta KTP, jadi kita memang luar biasa kerjanya. Ditarget kayak karyawan, kayak borongan, buruh gitu,” katanya dalam diskusi ‘Ahok Galau, Teman Risau’ di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/6).

Karena dikejar target, relawan Ahok secara otomatis bekerja di bawah tekanan sehingga melakukan berbagai kecurangan. Salah satunya dengan mengumpulkan KTP fiktif atau manipulatif. Ia mencontohkan bagaimana praktik manipulatif itu dilakukan karena terdesak dengan target yang telah ditetapkan.

“Ya harus KTP mana saja kita ambil. Contoh saya nih pelaku, KTP saya gandakan jadi lima. Jual belinya disitu luar biasa,” kata dia.

Paulus menjadi relawan Ahok untuk mengumpulkan KTP melalui surat kontrak dan ditunjuk menjadi penangggungjawab untuk Kelurahan Kamal. Setiap pekan ia ditargetkan mengumpulkan 140 KTP warga Kamal dengan gaji atau honorarium sebesar Rp2,5 juta per bulan.

Besaran gaji itu termasuk uang operasional yang dibayarkan pada minggu ke-empat setiap bulannya. Ia meminta relawan Teman Ahok menyampaikan semuanya dengan jujur. Termasuk Ketua Komunitas Basuki Tjahaja Purnama Mania (Batman) Immanuel Ebenezer yang hadir dalam diskusi ‘Ahok Galau, Teman Risau’.

“Kita tiap minggu ditarget 140 KTP, minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga, minggu keempat. Begitu minggu keempat kita tambah bonus operasional Rp500 ribu, jadi total Rp2,5 juta. Bung Nuel (Ketua Batman), jujurlah kita. Ngumpulin KTP-nya kita itu sangat luar biasa. Aduh ngeri, barter sistem gojeklah,” jelas Paulus.

Besaran gaji yang diterima itu tidak masuk kantong Paulus sepenuhnya. Sebab mayoritas penanggungjawab, karena dikejar target, harus mempunyai kaki-kaki dibawahnya.

“Keluar modal (juga), saya kasih kaki-kaki saya. Dari Rp2,5 juta saya terima Rp1,5 juta bersih, Rp1 juta kita buang ke bawah karena mereka (kaki-kaki) nyari,” demikian Paulus. (Soemitro)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka