Jakarta, Aktual.com – Inggris yang sudah menyatakan diri keluar dari Uni Eropa (Brexit/British Exit) berdampak pada pengaruhnya perekonomian global. Setelah isu kenaikan suku bunga dari The Federeal Reserve (The Fed) sempat membuat ketidakpastian ekonomi global, kini dengan adanya Brexit dianggap akan lebih menekan ekonomi internasional, mengingat London sebagai pusat perekononian dunia, terutama komoditas. Namun kondisi tersebut, sepertinya tak terlalu besar dampaknya terhadap Indonesia.
“Efek Brexit saya kira untuk Indonesia sepertinya tidak akan terlalu terasa. Karena memang keterikatan kita dengan Uni Eropa tidak terlalu besar. Jadi Indonesia masih kuatn Mungkin dampak ke global akan sangat besar,” tutur pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Fithra Faisal kepada Aktual.com, Minggu (26/6).
Justru dia melihat, kondisi Brexit ini bakal berdampak lebih positif, kendati mungkin bukan tidak mungkn ada dampak negatifnya juga. Tapi tetap masih dalam kondisi temporer.
Menurut Fithra, dalam jangka pendek justru rupiah akan lebih menguat. “Terutama terhadap euro atau poundsterling, rupiah kecenderungannya akan menguat. Tapi kemungkinan hanya berdampak jangka pendek,” tutur dia.
Bahkan dia melihat, setelah Brexit ini ada potensi besar terjadinya capital inflow (arus modal masuk) ke negara-negara emerging markets, salah satunya ke Indonesia. Sebab, dana-dana dari Uni Eropa atau Inggris tersebut bakal mengalir ke Indonesia.
“Ke depan justru Indonesia, termasuk Asia, bisa saja menjadi semakin perkasa asalkan kita bisa memainkan peran integrasi kawasan dengan baik,” tegas dia.
Meski begitu, kata dia, pemerintah juga tidak hanya tinggal diam setelah adanya Brexit ini. Malah pemerintah dininta untuk memperbaiki perekonomian dalam negeri. Sehingga ketika ada tekanan besar dari perekonomian global, ekonomi nasional masih kuat.
“Bagi pemerintah, perlu digenjot lagi iklim investasi dalam negeri. Sehingga potensi pengalihan arus modal dari Uni Eropa dan Inggris itu ke emerging markets bisa ditangkap Indonesia,” pungkas Fithra.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyebut, dengan adanya Brexit ini, dana-dana yang ada di dunia tersebut akan bergerak menuju negara yang diyakini aman. “Tapi kelihatannya yang dijadikan sasarannya adalah pergi ke AS dan Jepang. Dan saat ini sudah terbukti dengan terjadi pelemahan di beberapa negara,” ungkap Agus.
Pelemahan yang terjadi juga diraskan oleh mata uang rupiah. Pasca menyikapi kebijakan Inggris keluar dari Uni Eropa, pelaku pasar langsung melepas rupiah.
Dari pantauan BI, pergerakan rupiah sebetulnya sampai dengan Kamis (23/6) nerada di kisaran Rp13.260 per dolar AS atau secara year to date masih mengalami penguatan sebesar 4%. Tapi di Jumat (24/6) setelah merespon kebijakan Brexit langsung melemas secara year to date sebesar 1%.
“Tapi kondisi di kita masih wajar, karena memang ada suatu flight to quality,” jelas Agus Marto.ual.com –
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid