Jakarta, Aktual.com – Dr. Ali Jumuah (Mantan Grand Mufti Mesir) pernah ditanya terkait urgensitas mencintai ahlulbait, dan batasan cinta kepada mereka agar tidak terjerumus dalam sikap berlebih-lebihan. Dikutip dari laman pribadi Dr. Ali Jumuah, beliau memaparkan tentang bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam mencintai ahlulbait.

Allah Swt. berfirman:

“Katakanlah  wahai Muhammad!, ‘Aku tidak meminta upah kepada kalian dalam dakwah ini kecuali kecintaan kepada keluargaku’. (QS. Asy-Syura: 23)”

Diriwayatkan dari Sa’id bin Jabir rahimahullah, ia menjelaskan tentang maksud dari ayat ini, “Tidaklah setiap kabilah dari kaum Quraisy kecuali Rasulullah Saw. memiliki kekerabatan kepada mereka.”

Rasulullah Saw. bersabda, “Kalian pasti memiliki hubungan kekerabatan denganku (HR. Bukhori).”Hadis ini merupakan wasiat dari Nabi Muhammad Saw. tentang konsep kekerabatan yang Allah Swt. perintahkan untuk mengabarkan hal tersebut kepada manusia.

Rasulullah Saw. dalam banyak hadisnya menganjurkan kita untuk mencintai keluarganya dan mengikuti mereka, seperti sabdanya:

أمَّا بَعْدُ أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُولُ رَبِّى فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ . فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى . فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ. قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِىٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ . قَالَ كُلُّ هَؤُلاَءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ. رواه أحمد ومسلم.

“Amma ba’du. Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa seperti kalian, yang akan segera didatangi oleh utusan Tuhanku (malaikat maut). Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian, yaitu Al-Quran yang berisi petunjuk dan cahaya (kebenaran), maka berpeganglah teguh padanya. Beliau Saw. mengajurkan untuk berpegang teguh kepada Al-Quran. Kemudian beliau melanjutkan: “Dan keluargaku. Aku berwasiat agar kalian memuliakan keluargaku, aku berwasiat agar kalian memuliakan keluargaku, dan aku berwasiat agar kalian memuliakan keluargaku.” Kemudian Hushain bertanya kepada Zaid, “Siapakah yang termasuk keluarga Nabi wahai Zaid? Bukankah putri-putri Nabi juga termasuk dalam nasab beliau?” Zaid menjawab, “Ya, mereka adalah keturunan Nabi, akan tetapi keluarga Nabi adalah mereka yang diharamkan menerima sedekah.” Hushain bertanya lagi, “Siapakah mereka?” Zaid menjawab, “Mereka adalah keturunan Ali ra., keturunan Aqil ra., keturunan Ja’far ra., dan keturunan Abbas ra.” Hushain bertanya: “Apakah mereka semua haram menerima sedekah?” Zaid menjawab, “Ya”. (HR. Ahmad dan Muslim)

Kita semua sangat mencintai Allah Swt., yang mana dengan mencintai-Nya kita juga mencintai Rasulullah Saw. yang merupakan wasilah terbukanya pintu-pintu kebaikan bagi segenap alam semesta. Dan dengan cinta kita kepada Rasulullah Saw., kita juga dianjurkan untuk mencintai keluarga beliau yang memiliki banyak keutamaan dan kemualian.

Kecintaan kepada ahlulbait yang tertanam dalam lubuk hati setiap muslim merupakan pondasi kecintaan kepada Rasulullah Saw. yang mana hal tersebut merupakan pondasi kecintaan kita kepada Allah Swt..

Dengan mencintai Allah Swt. berarti kita mencintai segala kebaikan dan keluhuran. Sebab segala hal tersebut memiliki kesatuan arah pada tujuan yang sama. Dan Allah Swt. Maha Mengetahui dari apa yang kita maksudkan.

Adapun sikap berlebih-lebihan (al-Ghuluw) tidaklah merupakan bagian dari sebuah konsep cinta (al-Mahabbah), namun masuk ke dalam konsep keyakinan(al-I’tiqad). Sepanjang seorang muslim memiliki keyakinan yang benar, maka tidak ada dosa baginya untuk mencintai Rasulullah Saw. dan para keluargnya.

Kita meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah Swt., Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah Swt. dan  para nabi semuanya ma’shum (terpelihara dari dosa). Sedangkan keturunan Nabi Muhammad Saw. serta para sahabat tidaklah demikian. Mereka hanyalah dijaga oleh Allah Swt. sebagaimana halnya orang-orang sholeh lainnya. Dalam pandangan syariat, mereka mungkin saja terjatuh pada dosa kecil dan besar, namun mereka dijaga oleh Allah Swt. agar tidak melakukan hal itu.

Selama seorang muslim memilki keyakinan yang benar dalam hal-hal tersebut diatas serta mencintai Rasulullah Saw. dan keturunannya dengan sepenuh hatinya, maka ia termasuk dari orang-orang yang diberikan karunia dari Allah Swt. –berupa cinta itu sendiri-. Dengan semakin bertambahnya kecintaan seseorang kepada ahlulbait nabi, maka semakin tinggilah derajatnya di sisi Allah Swt. pada derajat kaum sholihin. Karena mencintai keluarga Nabi Saw. adalah tanda dari mencintai Nabi Saw., dan mencintai Nabi Saw. adalah tanda dari mencintai Allah Swt.. Wallahu A’lam

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid