Kupang, aktual.com – Wali Kota Kupang Jonas Salean bersama Kepala BI Perwakilan Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga, Kamis (30/6), terjun langsung ke sejumlah pasar di Kota Kupang untuk memantau perkembangan harga berbagai komoditas menjelang H-7 Lebaran 2016.

“Harga berbagai kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional dalam kota (Kupang) ini cenderung stabil. Memang ada kenaikan, tetapi hanya sekitar Rp1.000/kg saja,” kata Wali Kota Salean di sela-sela kunjungan ke Pasar Kasih Naikoten.

Harga ayam potong hidup dengan berat ukuran tiga pekan yang pada pekan sebelumnya dijual seharga Rp25.000/ekor, kini hanya naik menjadi Rp26.000/ekor. “Memang ada kenaikan tapi masih dalam batas yang wajarlah,” ujar calon pertahana yang sudah mendapatkan rekomendasi DPP Partai Golkar untuk Pilkada 2017 ini.

Sementara harga cabe rawit, kata Wali Kota, justru mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Rp45.000/kg menjadi Rp40.000/kg, karena stoknya sudah mulai melimpah di pasaran.

Harga telur ayam yang sebelumnya dijual pada kisaran antara Rp45.000 sampai Rp47.000 per papan berisi 30 butir, kini naik menjadi Rp48.000 per papan.

Wali Kota Kupang menyatakan cukup puas setelah memantau perkembangan harga langsung di pasar, karena tidak menimbulkan gejolak harga menjelang Idul Fitri 1437 Hijriah.

“Stabilisasi harga ini, saya harap terus bertahan sampai Idul Fitri agar tidak menimbulkan kepanikan dalam masyarakat, terutama umat Islam yang siap-siap merayakan hari raya kemenangan,” ujarnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga pada kesempatan sama menyampaikan, dari data yang ada memang harga kebutuhan pokok masih sangat stabil.

“Kondisi sudah cukup mengurangi tingkat inflasi, meski di satu sisi, inflasi masih akan terus terjadi karena dipicu oleh kenaikan harga tiket pesawat udara,” ujarnya.

Menurut Sinaga, posisi inflasi di NTT pada Mei 2016 sebesar 5,03 persen dan menempati peringkat ke-2 terbesar secara nasional.

Untuk angkutan udara telah memberi dampak 2,85 persen. Kenaikan itu terbilang tinggi jika dibanding Oktober dan Desember 2015, yang hanya memberi dampak 0,28 persen saja.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan