Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) melaporkan kewajiban bersih pada Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia meningkat 6,6 persen atau 24 miliar dolar AS menjadi 389,9 miliar dolar AS pada triwulan I-2016 dibanding triwulan IV-2015.

Hal itu berarti kini porsinya 45 persen dari Produk Domestik Bruto. Kewajiban bersih pada PII tersebut didominasi instrumen ekuitas sebesar 65,5 persen dan 35,5 persen instrumen utang.

“Peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut dipengaruhi oleh kenaikan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Kamis (30/6).

Perkembangan tersebut sejalan dengan transaksi modal dan finansial pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami surplus pada triwulan I 2016.

Posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) Indonesia pada akhir triwulan I 2016, kata Tirta, sebesar 604,4 miliar dolar AS, naik 26,3 miliar dolar AS atau 4,6 persen dibanding triwulan IV 2015.

Peningkatan tersebut, ujar dia, didorong oleh aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan investasi portofolio, termasuk dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah pada Maret 2016.

“Selain itu, peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh faktor kenaikan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah sejalan dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pelemahan dolar AS terhadap rupiah,” ujar dia.

Sedangkan untuk Posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) Indonesia naik 2,3 miliar dolar AS atau 1,1 persen menjadi 214,6 miliar dolar AS. Peningkatan AFLN dipicu peningkatan posisi cadangan devisa dan didukung pula oleh meningkatnya posisi aset investasi langsung dan investasi portofolio.

“Selain karena transaksi yang terjadi pada periode laporan, kenaikan posisi AFLN juga dipengaruhi oleh faktor kenaikan nilai aset sejalan dengan pelemahan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya dan peningkatan harga beberapa obligasi global yang dimiliki residen,” ujar Tirta.

Tirta mengatakan Bank Sentral memandang perkembangan PII Indonesia sampai dengan triwulan I 2016 masih relatif sehat. Namun, BI tetap terus mewaspadai risiko kewajiban bersih PII terhadap stabilitas perekonomian.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka