Jakarta, Aktual.com – Pemerintah diminta jangan remehkan dampak adanya aksi teror bom terhadap dunia perekonomian.
Menurut pengamat ekonomi bisnis asal Universitas Borobudur, Jatenangan Manalu, pemerintah selama ini seperti anggap aksi teror bom tidak terlalu berdampak signifikan terhadap perekonomian. Alhasil, ketika terjadi peristiwa ledakan di Surakarta, Jawa Tengah sehari sebelum Lebaran, pemerintah dinilai tidak lakukan penanganan serius.
Padahal, lanjut dia, saat ini pemerintah gencar mendatangkan investor ke dalam negeri. Tapi melihat masih adanya aksi teror seperti bom Solo kemarin, dirinya sangat sangsi investor tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
“Pemerintah tidak bisa meremehkan terus (dampak aksi bom). Pasahal aksi seperti iru disorot dunia, terurama para investor yang mau berinvestasi di kita,” ujar dia, saat diskusi Pengaruh Terorisme terhadap Perekononian di Jakarta, Sabtu (9/7).
Dia mencontohkan, kejadian ketika ada aksi bom di relokasi pabrik dari kawasan industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat ke Vietnam yang dilatarbelakangi faktor keamanan. Sebab bagi investor, ketika keamanan terganggu maka salah satu pilihannya adalah memindahkan pabrik.
“Itu pernah kejadian. Makanya saya harap pemerintah jangan anggap remeh kasus teror bom ini. Kalau banyak perusahaan yang akan relokasi gara-gara faktor keamanan, itu kerugian besar bagi kita,” kata dia.
Kondisi ini pun menurutnya jadi kontraproduktif dengan program BKPM yang ingin mendatangkan banyak investor. “Sebab mereka yang punya uang pasti ingin menanamkan uangnya di negara yang aman.”
Selama ini, ujar dia, para investor dalam berinvestasi selalu memperhatikan faktor safety atau kenyamanan. Karena dengan begitu bagi mereka bisa mendatangkan banyak profit. Sementara bagi Indonesia bisa mendatangkan multiplier effect atau efek ganda terhadap sektor ekonomi lainnya.
“Makanya untuk menjamin kenyamanan investor, maka pemerintah harus bisa memberantas terorisme. Karena sampai saat ini, aksi teror kita hampir menyamai India dan Pakistan,” tandasnya.
Selain itu, di tingat regional, jika kondisi keamanan tidak diperbaiki, bukan tidak mungkin para investor beralih ke negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, bahkan Vietnam. “Yang hampir sama kondisinya dengan kita, mereka itu berpotensi pindah ke Vietnam,” ujar Jatenangan. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh: