Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka kemiskinan di bawah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) hanya berkurang sedikit. Sementara garis kemiskinan yang dihitung berdasar penghasilan per kapita per bulan memang meningkat sedikit.
Namun secara umum, pemerintah diminta untuk terus berusaha kendalikan penyebab angka kemiskinan. Agar program pengentasan kemiskinan juga meningkat.
Angka kemiskinan hingga Maret 2016 tercatat sebanyak 28,01 juta orang atau sekitar 10,86 persen. Angka ini menurun sedikit dari sebelumnya pada September 2016 sebanyak 28,51 juta orang (11,13 persen).
Sedang angka garis kemiskinan pada Maret 2016 menjadi sebesar Rp255.181 per kapita per bulan. Naik sedikit dibanding enam bulan lalu yang di angka 247.278 per kapita per bulan.
“Dengan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi, banyak yang bilang kok tidak berdampak ke angka kemiskinan yang membaik. Karena memang mereka itu tidak bisa langsung menikmati kue pertumbuhan ekonomi,” ungkap Kepala BPS, Suryamin di Jakarta, Senin (18/7).
Menurut Suryamin, agar angka kemiskinan dapat dikurangi, maka pemerintah sendiri harus bisa mengatasi penyebab kemiskinan itu sendiri.
Inflasi, kata dia, menjadi penyebab utama angka kemiskinan maka kalau inflasi rendah, laju kemiskinan pun nisa sikurangi. “Selama September 2015 sampai Maret 2016, inflasi umum relatif rendah yaitu tercatat sebesar 1,71 persen,” ujar Suryamin.
Penurunan harga pangan, seperti daging ayam ras dan komoditas lainnya dapat menentukan angka kemiskinan. Selama enam bulan itu, secara nasional, rata-rata harga daging ayam ras alami penurunan sebesar 4,08 persen, dari Rp37.742 per kg pada September 2015 menjadi Rp36.203 per kg pada Maret 2016.
Selain itu, harga eceran komoditas bahan pokok lain yang alami penurunan adalah telur ayam ras dan minyak goreng.
“Indikator lainnya adalah tingkat pengangguran terbuka (PTP) harus lebih rendah. Dan pada pada Februari 2016, PTP itu capai 5,5 persen, mengalami penurunan dibanding Agustus 2015 sebesar 6,18 persen,” ujar dia.
Selanjutnya, terkait nominal rata-rata upah buruh tani per hari Maret 2016 naik sebesar 1,75 persen dibanding September 2015, yaitu dari Rp46.739 menjadi Rp47.559.
Juga rata-rata upah buruh bangunan per hari pada Maret 2016 naik sebesar 1,23 persen dibanding September 2015, yaitu dari Rp79.657 menjadi Rp81.481.
“Dan faktanya, angka kemiskinan itu masih relatif besar, karena seperti di pedesaan itu masih banyak buruh tani dan petani gurem, sedang di perkotaan masih banyak pekerja serabutan. Itu yang memengaruhi angka kemiskinan,” pungkas dia. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka