Jakarta, Aktual.com- International People’s Tribunal (IPT) menyebut Amerika Serikat, Australia dan Inggris terlibat dalam pembantaian terhadap pendukung Soekarno dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1965. Keterlibatan tiga negara itu tertuang dalam laporan kesimpulan sidang pengadilan rakyat internasional yang dikutip dari situs, tribunal1965.org, Kamis (21/7).

Turut campurnya tiga negara tersebut merupakan satu dari 10 temuan hasil sidang yang digelar di Den Haag, BElanda pada tanggal 13-15 November 2015 yang keputusanya dibacakan kemarin oleh Hakim Ketua Zak Yacoop di Cape Town.

Baca juga: Pemerintah Indonesia Divonis Bersalah Dalam Pembantaian Simpatisan PKI

“Amerika, Inggris dan Australia semua terlibat atas tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan meskipun dengan derajat keterlibatan yang berbeda-beda. Amerika memberi dukungan cukup kepada militer Indonesia, dengan mengetahui bahwa mereka akan melakukan sebuah pembunuhan massal, tindakan kejahatan atas dugaan keterlibatan negara-negara lain dalam kejahatan terhadap kejahatan dengan demikian dijustifikasi,” seperti dikutip dalam laporan singkat.

Jika Amerika disebut memberikan dukungan kepada militer untuk melakukan pembantaian yang diklaim dalam laporan tersebut menewaskan 400 ribu warga sipil, Australia dan Inggris disebut melakukan tindakan propaganda.

“Inggris dan Australia melakukan kampanye propaganda yang menyesatkan berulang-ulang dari pihak militer dan mereka melanjutkannya dengan peraturan, bahkan setelah terbukti bahwa tindakan pembunuhan dan tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan benar-benar terjadi secara massal dan tidak pandang bulu,” ujarnya.

Bukti keterlibatan tiga negara itu dikuatkan dengan laporan diplomatik dari sejumlah sumber yang berada dilapoangan pada saat kejadian dan laporan media luar negeri.

“Hal ini membenarkan dugaan akan adanya keterlibatan negara-negara lain dalam tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pemerintah di negara-negara yang disebutkan di atas menyadari dan mengetahui penuh apa yang sedang terjadi di Indonesia melalui laporan diplomatik dari kontak yang berada di lapangan atau dari media barat,”.

Artikel ini ditulis oleh: