Rosan Roeslani (ist)

Jakarta, Aktual.com – Target pemerintah untuk menggenjot ekspor mencapai 500 persen hingga tahun 2025 dirasa masih berat. Dengan begitu di tahun 2025 nantinya, ekspor Indonesia bisa mencapai US$950 miliar.

Target tersebut di mata Kamar Dagang dan Industri (Kadin), sulit tercapai selama pemerintah saat ini belum mengubah pola kinerjanya yang masih banyak perbedaan pendapat cukup serius.

Menurut Ketua Umum Kadin, Rosan Roeslani, miss koordinasi antar kementerian memang sudah sangat serius, sehingga membuat susah untuk menentukan kebijakan yang tepat.

“Sehingga bagi kami para pengusaha susah mendapat kepastian secara hukum. Makanya, pemerintah sendiri mesti memperbaiki kinerjanya. Jangan kebanyakan berbeda pendapat dengan alasan ego sektoral,” cetus dia saat diskusi soal ekspor di kantornya, Jakarta, Jumat (22/7).

Ego sektoral, sebut Rosan, tak hanya terkait dengan kebijakan ekspor, tapi juga terkait kebijakan produksi untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Termasuk menyangkut masalah pangan.

“Jika ego sektoral itu tak terselesaikan juga, jangan harap ada peningkatan ekspor hingga 500 persen. Bahkan tak hanya para pengusaha yang dirugikan, tapi juga masyarakat secara umum,” tegas Rosan.

Ego sektoral selama ini terjadi karena selama ini tiap-tiap lembaga mengklaim memiliki data yang kuat. Rosan mencontohkan terkait harga daging sapi belum lama ini. Saat itu Kementerian Perdagangan ngotot harus impor agar harga daging sapi turun, akan tetapi Kementerian Pertanian mengklaim tidak perlu impor karena akan merugikan petani.

Lebih lanjut, Rosan menegaskan, Kadin sendiri menawarkan terobosan baru agar ekspor itu dapat didongkrak. Terobosan tersebut dapat dicapai dengan lima pilar, yaitu, diversifikasi produk ekspor, diversifikasi pasar ekspor, pengembangan eksportir baru, pengembangan daerah potensial ekspor baru, serta penataan ekosistem ekspor yang menyediakan fasilitas pendorong untuk mengakselerasi ekspor Indonesia.

Namun terkait ekspor tahun ini, Kadin sendiri masih pesimis akan terjadi kenaikan. Kemungkinanya masih melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Saya rasa ekspor kita masih melambat. Ditambah lagi pemerintah sendiri belum bisa menggenjot pengganti produk natural resources yang selama ini pernah menjadi andalan. Mestinya pemerintah bisa mengganti produk SDA dan komoditas yang sedang anjlok di pasar dunia itu,” papar Rosan.

 

Laporan: Bustomi

Artikel ini ditulis oleh: