Workers walk toward a construction site in Beijing, August 28, 2014. China is confident of maintaining a medium-to-high rate of economic growth, Premier Li Keqiang was quoted by state television as saying on Tuesday. REUTERS/Jason Lee (CHINA - Tags: POLITICS BUSINESS SOCIETY)
Workers walk toward a construction site in Beijing, August 28, 2014. China is confident of maintaining a medium-to-high rate of economic growth, Premier Li Keqiang was quoted by state television as saying on Tuesday. REUTERS/Jason Lee (CHINA - Tags: POLITICS BUSINESS SOCIETY)

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah harusnya tidak berpura-pura dan seakan tutup mata atas gelombang Tenaga Kerja Asing (TKA) baik legal maupun non legal yang masuk ke Indonesia, Sebab dari TKA tersebut disinyalir ada mata-mata yang mengancam kepentingan nasional.

Kolonel Infantri, Sudi Prihatin mengakui bahwa ancaman militer saat ini bukan dalam bentuk perang atau angkat senjata, namun ancaman dalam bentuk lain seperti penggunaan teknologi atau dalam bentuk vaksin palsu yang belakangan terjadi. Sedangkan TKA merupakan salah satu bagian dari ancaman non-militer yang sulit untuk dideteksi.

“Saya lihat TKA ancaman baru bagi kita, dalam konsep pertahanan itu ada ancaman militer dan non militer, ancaman militer berupa senjata. Ketika negara lain menyerang kita, maka kita lawan dengan senjata. Namun karena kita di era teknologi ancaman itu sudah berubah polanya, ancaman ini bukan ancaman militer termasuk peredaran narkoba yang di bawa TKA,” katanya dalam seminar Efek Domino TKA di Jakarta, Selasa (2/8).

Kemudian Direktur Institut Soekarno-Hatta, Hatta Taliwang menambahkan, kebijakan pemerintah memfasilitasi para TKA termasuk unskill mempertaruhkan kedaulatan negara Indonesia. Para mata-mata semakin leluasa menggerogoti dan memanfaatkan kelemahan Indonesia.

Dia mencontohkan kasus pengeboran ilegal untuk proyek Kereta Api Cepat oleh lima pekerja asal Cina di objek vital negara, yakni Lanud Halim Perdana Kusuma merupakan preseden buruk sebagai peringatan yang harusnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah.

Namun herannya, pemerintah tidak merespon insiden itu dan lagi-lagi atas nama kesepakatan investasi, terus menerus mendatangkan TKA.

“Tertangkap lima WNA asal Tiongkok yang melakukan aktifitas di objek vital sebagai bukti akan ancaman keberadaan WNA,” tegas Hatta. (Dadangsah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka