JAKARTA, AKTUAL.COM-Dalam beberapa bulan terakhir Gerak Indonesia menggalang dukungan terhadap pencalonan Tri Rismaharini (Risma) yang muncul dari akar rumput Jakarta. Dukungan demi dukungan itu datang dari rakyat yang merasakan langsung bagaimana ketidakadilan di Jakarta tersebut tidak bisa dikesampingkan.
Rakyat miskin Jakarta yang selama ini terpinggirkan dan tak memiliki ruang bersuara itu telah bergerak. Dari kampung-kampung kumuh, lorong-lorong gelap, dan gang-gang usang suara dukungan bagi Risma menggema. Tujuan mereka satu: “Mendukung dan memenangkan Risma sebagai Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022 untuk mewujudkan Jakarta Baru.”
Gerak Indonesia telah mendengar langsung bagaimana kegelisahan arus bawah terhadap kepemimpinan kotanya saat ini. Rakyat miskin Jakarta selalu hidup dalam kekhawatiran. Mereka khawatir kehilangan tanah yang telah puluhan tahun ditinggali, mereka takut kehilangan rumah ketika penggusuran menjadi kebijakan dari praktek arogansi kekuasaan, mereka tak mau kian tergerus dalam modernisasi yang terus dibangun tanpa memikirkan nasib perekonomian rakyat.
Kekhawatiran rakyat miskin Jakarta tersebut tak lantas membuat mereka surut dalam perjuangan dan harapan. Mereka justru bersuara dengan lantang demi hadirnya pemimpin alternatif di DKI Jakarta. “Kami mau pemimpin baru untuk Jakarta Baru!” begitu suara perwakilan Barisan Risma (BARIS), komunitas rakyat miskin Jakarta yang mendeklarasikan diri untuk mendukung Risma pada 24 Juni lalu.
Maka, nama Risma lah yang kian santer didukung. Pilihan yang tidak mengada-ada dari mereka yang telah lama kehilangan kemanusiawiannya sebagai warga kota. Rakyat miskin Jakarta tahu bahwa Risma adalah walikota berpengalaman yang paham bagaimana menata kotanya. Ia pernah meraih penghargaan Kota Terbaik Se-Asia Pasifik pada 2012 dan ASEAN Enviromentally Award 2012. Risma akan mampu membawa Jakarta untuk terus membangun tanpa menghilangkan kemanusiaan.
Risma pun tegas dalam memimpin. Kadangkala ia akan menunjukkan sisi kerasnya jika menyaksikan ketidakberesan. Tetapi, ia akan melakukannya berdasarkan fakta di lapangan. Ia menghardik tanpa merendahkan, ia mendidik tanpa membeda-bedakan. Moralitas dan etika tetap dijunjung. Maka, layaklah jika kepemimpinan Risma mendapatkan penghargaan Socrates Award kategori Future City dari European Business Assembly (EBA) pada April 2014. Sebuah kota harus menjadi masa depan yang baik bagi warganya.
Tetapi, kami pun sadar bahwa mendukung pencalonan Risma sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta tak terlepas dari mekanisme yang ada di dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Maka, dari kesadaran tersebut kami pun meminta kepada Ketua Umum PDIP Ibu Megawati Sukarnoputri agar segera menetapkan Risma – salah satu kader terbaik PDIP – untuk berjuang bersama rakyat mewujudkan Jakarta Baru.
“Kami hanya berharap pada Risma untuk memimpin Jakarta. Bukan yang lain. Manusiawikan kami, ajak kami bicara dalam pengambilan keputusan yang menyangkut hidup kami. Hanya Risma yang mengerti wong cilik,” begitu yang kami dengar langsung dari rakyat Jakarta yang tergabung dalam Setia Kawan Laskar Risma (SELARIS). Rakyat miskin Jakarta tahu bagaimana sepak terjang Risma hingga pernah dinobatkan sebagai Walikota Terbaik Dunia.
Suara-suara wong cilik ini akan terus terdengar. Suara-suara yang tidak pernah ingkar. Mereka adalah riak-riak ombak yang akan bersatu menjadi gelombang. Gelombang yang akan mendukung Tri Rismaharini sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta.
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs

















