Jakarta, Aktual.com – Sandiaga S Uno yang kini dijagokan sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak boleh sombong, arogan, dan merasa bisa melakukan semuanya sendiri.
“Berkat perkembangan teknologi saat ini, semua orang bisa berprestasi dan berkontribusi tanpa tergantung posisi formalnya,” katanya seperti disampaikan Direktur Rumah Kepemimpinan (RK), Bachtiar Firdaus, di Depok, Jawa Barat, Minggu (7/8).
Pernyataan Sandiaga itu, katanya, disampaikan saat menjadi narasumber di hadapan peserta National Leadership Camp (NLC) di Wisma Kinasih, Depok.
NLC berlangsung 4-7 Agustus, diselenggarakan Rumah Kepemimpinan dan diikuti 250 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, yakni dari UI, ITB, Unpad, IPB, UGM, Unair, ITS, USU dan Unhas.
Mereka berdiskusi dengan sejumlah tokoh daerah dan nasional, di antaranya Yoyok R Sudibyo (Bupati Batang), Sudirman Said (mantan Menteri ESDM), Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), dan Sandiaga Uno (Founder Recapital).
Sandiaga menyatakan salut kepada Rumah Kepemimpinan — dulu Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis Nurul Fikri (PPSDMS-NF) — yang telah menggelar NLC hingga delapan angkatan.
Di antara alumni RK, cukup banyak yang sukses seperti Ahmad Zaky (pendiri BukaLapak), Andreas Sanjaya (Badr Interactive), Gibran Huzaifah (E-Fishery), dan Dalu N. Kirom (Melukis Harapan, warga eks-lokalisasi Dolly).
“Anak muda sekarang punya potensi dan kesempatan luas untuk mengembangkan diri. Di samping semangat berkompetisi, kita harus kembangkan kolaborasi karena persoalan yang dihadapi bangsa ini sangat kompleks, perlu kompetensi saling melengkapi,” kata Sandiaga yang siap jadi mentor untuk wirausaha muda.
Direktur Rumah Kepemimpinan, Bachtiar Firdaus, menyambut tawaran Sandiaga itu.
Selain kewirausahaan, pembinaan RK ditujukan untuk penggerak komunitas, akademisi dan profesional, serta pejabat publik yang berintegritas.
“Kami menggembleng mahasiswa berprestasi dari berbagai wilayah Indonesia dengan prinsip ‘ROOM’ (rendah hati, obyektif, open mind, dan moderat),” katanya.
“Sehingga generasi baru memiliki kompetensi di bidang masing-masing, tapi siap berbagi dan bekerjasama dengan semua komponen bangsa,” ungkap Bachtiar yang merintis LSM kaderisasi kepemimpinan sejak 2002.
Dengan semangat kolaborasi, kata dia, generasi muda Indonesia dapat mengoptimasi bonus demografi dan mengembangkan sirkulasi kepemimpinan yang lebih sehat. (Ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid