Jakarta, Aktual.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat ada sembilan bakal pasangan calon (paslon) dari jalur perseorangan yang mendaftarkan diri pada penutupan pendaftaran di tujuh daerah yang menggelar Pemilihan Gubernur Serentak 2017.

Jumlah bakal pasangan calon jalur independen ini mengalami penambahan yang cukup signifikan, sebab pada Pilgub Serentak 2015 lalu hanya ada satu pasangan calon yakni di Provinsi Kalimantan Selatan.

Komisioner KPU Ferry Kurnia Riskiansyah mengatakan 9 bakal paslon yang mendaftar hingga Minggu (7/8) malam berasal dari empat propinsi dari tujuh propinsi yang menggelar Pilgub 2017.

Bakal paslon dari empat provinsi itu masing-masing satu paslon di DKI Jakarta, empat paslon di Banten, tiga paslon di Aceh dan satu paslon di Gorontalo. Adapun tiga daerah lain yang tidak ada paslon jalur independen adalah Bangka Belitung, Papua Barat dan Sulawesi Barat.

Ferry menyatakan ke-9 bakal paslon tersebut tidak otomatis menjadi paslon‎‎. Sebab KPUD masih akan memverifikasi administrasi dan memverifikasi faktual untuk menentukan terpenuhi atau tidaknya besaran syarat dukungan yang telah diserahkan bakal paslon ke KPU setempat.

‎Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu untuk Pemilu (Perludem) Titi Anggraini menilai banyaknya bakal paslon jalur independen tidak bisa dilepaskan dari karakteristik daerah yang lebih dinamis. Ia mencontohkan Provinsi Aceh yang didominasi partai lokal.

“Faktor partai lokal yang dominan dan syarat yang lebih merata ketimbang nasional (5% dari jumlah penduduk) dan juga faksi-faksi di kalangan eks kombatan GAM yang membuat mereka lebih cenderung berlaga di jalur independen,” kata Titi saat dihubungi, Senin (8/8).

Begitu juga di DKI Jakarta, calon independen tidak pernah sepi peminat meski banyak tokoh besar maju melalui jalur parpol. Pilkada DKI Jakarta 2012 buktinya, saat itu tercatat ada dua calon perseorangan meski ada nama Joko Widodo dan Fauzi Bowo yang maju.

“Kalau DKI karena memang konstelasi politik lokalnya yang sangat dinamis dan jadi sorotan nasional. Sehingga dari sisi kegairahan politik membuat orang lebih bersemangat,” kata dia.

“Jadi konteks fragmentasi dan kondisi politik lokal sangat mempengaruhi, meski tantangan calon perseorangan itu berlipat-lipat,” tambah Titi.

 

laporan: Sumitro

Artikel ini ditulis oleh: