Jakarta, Aktual.com – Anggota Komisi X DPR RI Dadang Rusdiana menyesalkan teguran yang dilakukan seorang guru kepada anak muridnya kembali menjadi persoalan dan berujung pada hukum.
Kali ini menimpa guru SMKN 2 Makassar bernama Dasrul yang dipukuli orangtua siswa, Adnan Achmad, lantaran menegur anaknya MA (15) yang tak membawa alat gambar saat mata pelajaran Arsitektur yang diajarkannya.
Tak sampai di situ, usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Polsek Tamalate, Adnan pun malah melaporkan balik Dasrul atas dugaan pemukulan terhadap anaknya.
Dadang menilai kasus pemukulan itu terjadi akibat pemahaman Hak Asasi Manusia (HAM) yang salah kaprah. “Ya itulah kebebasan dan pengatasnamaan HAM yang kebablasan,” ujar Dadang di Jakarta, Kamis (11/8).
Lebih lanjut, Dadang mengatakan, selama ini orangtua selalu salah menilai hubungan guru dengan siswa. Hal ini dipahami sekedar hubungan hukum, bukan hubungan antar pemangku kepentingan pendidikan.
Sebaliknya dalam upaya mendidik, guru seringkali menyertai didikannya itu dengan penegakan disiplin. Seperti mencubit atau menjewer yang dianggap sebagai kekerasan dan kemudian diikuti dengan balas dendam orangtua siswa. Yakni, dengan melakukan kekerasan serupa atau melaporkan ke polisi.
Semestinya, kata dia, orangtua harus mendukung tindakan guru apabila yang dilakukan si anak adalah salah atau melewati batas wajar.
“Guru itu orang berjasa, pendidik. Masa murid hilang hormat, ya wajar kalau guru kasih sanksi. Orangtuanya saja yang enggak paham makna mendidik, kasih sayang yang salah arah,” tegasnya.
Karena itu, Dadang meminta agar jangan menyalahkan guru jika mereka memberikan sanksi kepada anak didik yang melakukan kesalahan. Seharusnya, orangtua melakukan instropeksi juga terhadap anaknya yang membangkang. Sebab, pemicu perilaku tidak sopan si anak kepada orang yang lebih tua atau gurunya, dipengaruhi pula dari pola pengajaran orangtuanya sendiri.
Namun ke depan, Dadang berharap agar komite sekolah lebih diberdayakan sebagai sarana efektif menjalin komunikasi antara sekolah dengan orangtua.
“Sehingga sekolah sebagai ekosistem pendidikan benar-benar bisa kita jaga fungsinya,” pungkas Politisi Partai Hanura itu.
(Nailin In Saroh)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan