Jakarta, AKtual.com – Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy mengaku terkejut dengan kabar wafatnya mantan Menteri Koperasi dan UKM, Adi Sasono, pada Sabtu (13/8) kemarin.
Romi, sapaan akrab Romahurmuziy, mengenal Adi Sasono sebagai sosok yang idealis dan praktis. Dirinya terakhir bertemu dengan almarhum pada saat buka puasa ramadhan kemarin, yang merupakan pertemuan rutin untuk menimba ilmu atas pengalaman peran dan keluasan jaringan almarhum.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Untuk beberapa saat saya tersentak mendapat kabar wafatnya mas Adi Sasono dari menantunya, Tomi Wardhana, yang kebetulan ketua departemen koperasi di partai yang saya pimpin,” kata Romi dalam keterangannya yang diterima redaksi Minggu (14/8).
“Pertemuan terakhir saya dengan almarhum adalah buka bersama Ramadhan lalu, bertiga dengan seorang teman. Pertemuan, yang rutin saya minta untuk menimba ilmu atas pengalaman peran dan keluasan jaringan almarhum. Mas Adi, begitu saya biasa menyebut meski usia kami berbeda jauh, adalah seorang idealisi dan praktisi,” tambah Romi.
Menurutnya, Adi Sasono matang dalam teori dan paripurna dalam praktek. Dikisahkan, pada puluhan tahun silam Adi Sasono membakar semangat anak-anak ITB, almamater Romi, terhadap kebijakan yang bertentangan dengan hajat hidup rakyat.
“Masih ingat di benak saya 22 tahun silam mas Adi ke pojok kompleks masjid Salman ITB, almamater saya, membakar semangat kami-kami: ‘apa saudara mau suatu saat nanti pemimpin2 Indonesia didikte oleh satu dua konglomerat yang ingin memaksakan sebuah kebijakan meski itu bertentangan dengan hajat hidup rakyat banyak’,” kenangnya.
Selain sebagai pemberi motivasi, almarhum juga dikenal santun dalam berucap, bersih mengemban amanah tetapi tegas dalam berprinsip. Romi menganggap Adi Sasono sebagai Bung Hatta (proklamator RI), pejuang ekonomi kerakyatan sejati.
“Bagaimana beliau membela petani-petani kita yang dihadapkan pada kemungkinan pidana karena Kredit Usaha Tani (KUT) sepanjang krisis ekonomi 1998-1999, dikatakannya: ‘bangsa ini diam ketika hanya puluhan konglomerat membebani APBN hingga Rp650 trilyun sampai satu generasi 30 tahun sesudah krisis; tapi bangsa ini ribut ketika KUT yang hanya Rp9 trilyun dibagikan untuk 45jt petani selama 2 tahun krisis’,” sambung dia.
Dirinya mengenal Adi Sasono juga sebagai tokoh yang tak lelah berbagi ilmu serta merespon pertanyaan-pertanyaan dari orang yang umurnya jauh lebih muda. Kemudian, idealismenya masih menyala, kosa katanya santun, tapi nadanya berapi-api ketika disinggung soal buruh dan petani.
“Mas Adi seorang aktivis LSM, pemikir dan praktisi kerakyatan, dan pembela hak mayoritas yang terpinggirkan. Masih terngiang nasehat terakhirnya Ramadhan lalu: ‘dik Rommy di partai harus tetap teguh membela kaum miskin; mereka tertindas, mereka pribumi, mereka muslim dan mereka penghimpun suara partaimu’. Terima kasih atas nasehatnya, mas Adi. Selamat jalan Bapak Ekonomi Kerakyatan! Yakin, sorga adalah ganjaranmu. Al fatihah,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh: