Jakarta, Aktual.com – Motif pencaplokan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk kedalam PT Pertamina (Persero) melalui holding disinyalir karena adanya faktor persaingan bisnis yang tidak sehat. Upaya ini terjadi untuk penguasaan dan monopoli sektor bisnis gas di Indonesia.
Selama ini domain utama bisnis Pertamina terletak pada minyak namun seperti yang diketahui prospeknya kedepan bisnis minyak tidak lagi menjanjikan. mengingat cadangannya di perut bumi Indonesia sudah jarang ditemukan dan mengalami kelangkaan.
Akan tetapi sebaliknya berbeda yang terjadi pada gas, hasil eksplorasi para KKKS banyak menemukan cadangan yang terhitung besar-besar, sehingga hal inilah yang memicu persaingan tidak sehat dan pencaplokan terhadap PGN dalam upaya monopoli bisnis gas di Indonesia dengan prospek keuntungan yang menjanjikan.
“Ini ada upaya mafia dan ‘pem-bonsai-an’, PGN ini lagi bagus dan berkembang secara bisnis di sektor gas, nah Pertamina ini tidak mau tersaingi oleh PGN dalam hal gas, karena bisnis gas ke depannya lebih prospek dibanding minyak. Jadi memang ada sesuatu dari holding energi,” kata Manager Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Apung Widadi kepada Aktual.com, Senin (15/8).
Kemudian dari sisi proses pencaplokan terjadi sejenis pemaksaan dan tindakan sepihak, mengingat sebanyak 43 persen di perusahaan itu terdapat saham publik atau saham swasta, sehingga melalui Menteri BUMN, Rini Soemarno terjadi intervensi terhadap bisnis yang mengganggu harga saham swasta.
“Ini PGN yang dicaplok oleh Pertamina. Yang menjadi masalah dalah pencaplokan PGN ini harganya ditentukan oleh sepihak, itu nanti apakah menjadi aset Pertamina atau tidak? Ini tidak jelas. Jadi nanti PGN dihargai murah oleh Pertamina,” pungkas Apung. (Dadangsah)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka