Monitor penunjuk tarif bunga deposito yang dipajang di salah satu sudut Kantor BNI Pusat, Jakarta, Senin (26/7). Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan BI (BI Rate) sebesar 6,5 persen, hal tersebut berpengaruh pada penurunan suku bunga perbankan, baik suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Kendati Bank Indonesia (BI) akan mengganti suku bunga acuan dari BI Rate menjadi 7Day Reverse Repo Rate, namun pihak perbankan mengaku tidak otonatis menurunkan suku bunganya. Baik bunga deposito maupun bunga kredit.

Pihak bank tetap akan menghitung penurunan suku bunga itu berdasar faktor cost of fund atau biaya dana. Artinya, kondisi tersebut masih sama saja dengan ketika masih adanya BI Rate.

Padahal, suku bunga baru ini bertenor tujuh hari, sehingga lebih mencerminkan kondisi pasar keuangan. Berbeda dengan kondisi BI rate yang tenornya setahun.

“Bagi kami ini, kalau ada perubahan policy di BI menjadi 7 Day Reverse Repo Rate itu akan berimplikasi ke cost of fund, maka akan lebih cepat perubahan (penurunan) ke biaya kredit,” jelas Direktur Treasury PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Pahala Manshury di seminar Implementasi Reformulasi Kebijakan Operasi Moneter BI, di Jakarta, Senin (15/8).

Menurut dia, dalam setahun ini, perubahan bunga kedit yang terjadi sudah lebih baik. “Karena bagi bank sendiri adalah, bagaimana bank mengelola likuiditasnya,” ujar Pahala.

Menurutnya, sumber likuiditas perbankan itu berasal dari deposito sebanyak Rp4.000 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak 55 persen merupakan time deposit.

“Sehingga dengan posisi bank yang memiliki LDR (loan to deposit ratio) sebanyak 88-91 persen, maka itu akan menjadi challenge bagaimana bank bisa mengelola likuiditasnya,” ungkap dia.

Untuk itu, bank juga meminta Lending Facility (LF) rate itu yang saat ini 7,25 persen bisa diturunkan. LF rate sendiri merupkakan suku bunga yang ditawarkan BI, ketika pihak bank menyimpan uangnya di BI.

“Jadi bagi bank ini, jika suku bunga LF diturunkan akan sangat positif bagi bank,” tegas Pahala.

Pasalnya, lanjut dia, jika biaya pengelolaan likuiditas bank sendiri menurun, maka akan mengurangi tekanan ke bank tersebut.

Sehingga pihak bank pun tidak lagi mengambil tingkat suku bunga deposito yang agak mahal. Terutama pada periode-priode tertentu.

Di Mandiri sendiri, kata dia, kondisi likuiditas akan terasa ketat ketika menghadapi periode menjelang lebaran dan akhir tahun. Sehingga kalau butuh dana, misal pinjam ke BI, itu diharapkan akan mendapat suku bunga lebih rendah.

“Tapi kita sendiri, tidak terlalu manfaatkin sering-sering amat (pinjam dana dari BI), terutama di periode tersebut,” jelas Pahala.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka