Jakarta, Aktual.com – Target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang sebesar 5,3 persen di tahun 2017 bisa dicapai jika peran investasi swasta juga digenjot.

Pasalnya, jika laju investasi meningkat maka akan tercipta banyak lapangan kerja baru. Sehingga pada akhirnya akan menggenjot daya beli masyarakat sebagai prasyarat pertumbuhan ekonomi

Menurut Ketua Pengurus Wilayah Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) DKI Jakarta, Dian Saputra, laju investasi dari dunia usaha selama ini terus meningkat, dan sebagian besar adalah investasi dalam negeri.

“Itu artinya pengusaha kita masih banyak yang melakukan kegiatan usahanya di dalam negeri. Jika hal ini terus dipertahankan, kami sendiri dari kalangan pengusaha yakin pada akhirnya juga akan membuka lapangan kerja baru,” jelas Dian, di Jakarta, Kamis (18/8).

Namun demikian, kata dia, pemerintah tak hanya melulu meminta dunia usaha untuk berinvestasi, tanpa ada insentif yang jelas. Salah satunya memperbaiki kinerja birokrasi pemerintahan.

“Jelas akan lebih bagus lagi kalau pemerintah sendiri semakin mempermudah terkait kinerja birokrasinya dalam urusan kegiatan usaha,” ujar dia.

Bahkan tak hanya itu, ujar Dian, kalangan pengusaha juga meminta aksi pemberantasan korupsi harus dilakukan secara serius. “Jadi aksi pemberantasan korupsi harus terus ditingkatkan. Dengan begitu akan semakin meningkatkan minat investasi di Indonesia,” tegas dia.

Laju investasi swasta diperkirakan akan semakin kencang pada kuartal III dan IV di tahun ini. Pada kuartal I-2016, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, terutama investasi swasta, belum bergerak cepat. Investasi di tiga bulan pertama tumbuh 5,57% atau lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 6,90%.

Berdasar data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi yang masuk selama kuartal I/2016 mencapai Rp146,5 triliun, naik 17,6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Realisasi investasi kuartal I/2016 menurut sektornya didominasi oleh industri manufaktur senilai Rp101,4 triliun atau dengan proporsi 62,9%. Lalu disusul sektor jasa, perdagangan dan pariwisata senilai Rp30,4 triliun ( 20,8%), dan sektor primer senilai Rp14,7 triliun (10%).

Untuk lima besar realisasi investasi industri berdasarkan sektornya adalah industri kertas (Rp27,5 triliun), kimia dan farmasi (Rp19 triliun), industri makanan (Rp15,4 triliun), industri alat angkut dan transportasi lainnya (Rp12,2 triliun), serta industri logam, mesin, dan elektronik (Rp11,8 triliun).

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan