Jakarta, Aktual.com – Komitmen pemerintah untuk mendorong pengembangan energi ramah lingkungan dan berkelanjutan yaitu energi baru terbarukan (EBT) dipertanyakan pengamat, pasalnya pemerintah dengan gampangnya melakukan pemotongan anggaran di Ditjen EBTKE.

Akibatnya menurut Institute for Essential Services Reform (IESR), dengan pengurangan anggaran sebesar Rp900 miliar dipastikan beberapa proyek EBT megalami penundaan pada tahun ini.

“Tentu pemangkasan anggaran Rp900 miliar memperlambat ekspansi. Beberapa proyek terpakasa ditunda, seperti proyek PLTMH di Papua terhambat,” kata Direktur Eksekutif IESR di Jakarta, Fabby Tumiwa (19/8).

Kemudian Fabby berharap kepada pemerintah agar menjaga komitmen untuk mendorong pengembangan EBT sebagai energi masa depan yang bisa diandalkan dan berkelanjutan. Bahkan dia meminta pemerintah meningkatkan alokasi anggaran untuk EBT pada setiap tahunnya.

“Intinya jangan mudah memotong EBT karena alasan penghematan anggaran. Justru anggaran EBT ini harus diperbesar. Kedepan harapannya Kementerian ESDM meningkatkan anggaran untuk EBT. Jadi Kemenkeu dan Bappenas harus satu kata,” tandasnya.

Sebagaimana diketahui pemotongan anggaran ini bagian imbas dari kebijakan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati untuk mencegah defisit anggaran. Adapun jumlah belanja yang dipotong sebesar Rp133,8 triliun yang terdiri atas pengurangan belanja kementerian/lembaga Rp65 triliun dan dana transfer ke daerah Rp68,8 triliun.

(Dadang Sah)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan