Jakarta, Aktual.com – Saudaraku, secara jasmaniah bangsa ini tumbuh. Namun, di seantero negeri kualitas pikir mundur, karakter tumpul. Hidup berkembang tanpa ketajaman visi dan kekuatan budi-pekerti.
Dalam terang lampu jalanan, pelita hati redup, para pengemudi negeri tak mengenali arah tujuan. Penduduk menumpang kendaraan seperti mayat gentayangan.
Roda perubahan terus berputar tanpa hasilkan perbaikan. Kemenangan jadi pujaan tanpa hiraukan kebenaran.
Popularitas jadi ukuran tanpa pedulikan kualitas.
Tak ada isi yang mengendap. Semua catur seperti buih yang lekas kempis diterjang angin. Segala janji seperti layangan putus benang, tak pasti kapan terhempas ke bumi.
Orang-orang tampil sebagai pemimpin bukan berani karena mengerti, melainkan karena tak tahu. Yang “buta” menuntun yang “melek”. Demokrasi dirayakan dengan mediokrasi.
Aneka upaya dan akrobat politik terus dipertontonkan untuk memalingkan warga dari kenyataan. Di berbagai mimbar, elit negeri melantunkan nyanyian kemajuan, sebagai candu untuk menidurkan warga dari realitas kemunduran.
Inilah zaman edan. Orang-orang membenarkan yang biasa, bukan membiasakan yang benar. Kebaikan dimusuhi, kejahatan diagungkan. Yang tak ikut edan tidak dapat bagian.
Orang-orang harus dibangunkan. Pengetahuan itu pelita hidup. Karakter itu daya hidup. Harapan kebahagiaan dan kemuliaan hanya bagi mereka yang sentiasa eling pikir dan zikir, seraya waspada dengan tuntunan budi baik, benar dan indah.
Oleh: Yudi Latif, Chairman Aktual
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan