Pamekasan, Aktual.com – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Machfud MD berpendapat menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), pemerintah di daerah harus membuat kebijakan yang berpihak kepada kepentingan daerahnya.
Pandangan itu disampaikan Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta ini saat memberikan orasi ilmiah bertema “Optimalisasi Perlindungan Hukum Praktik Profesi Perawat di Era MEA” pada acara wisuda mahasiswa Akademi Keperawatan di Pendopo Ronggosukowati, Pemkab Pamekasan, Rabu (24/8).
“Pada MEA ini, pemkab juga harus membuat kebijakan yang berpihak, di berbagai bidang,” kata pria kelahiran Madura ini.
Sebab, ujar dia, di Era MEA perawat dan tenaga profesi lainnya seperti dokter juga bisa didatangkan dari negara lain. Seperti dokter dari Singapura pun bisa membuka praktik di Pamekasan. “Di sinilah peran daerah dalam membuat kebijakan yang berpihak sangat menentukan,” kata mantan Menteri Pertahanan itu.
Dia mencontohkan, Pemkab Pamekasan bisa membuat kebijakan bahwa perawat dari luar harus bisa berbahasa Madura. “Dan jenis tenaga profesi yang dibutuhkan memang tidak ada di Pamekasan,” kata Presidum Majelis Nasional Korp Alumni HMI (Kahmi) ini.
Atau, bisa saja membuat kebijakan bahwa tenaga kerja dari luar, harus bersedia mengikuti aturan-aturan dan tradisi lokal di Madura.
Dalam orasinya, Mahfud juga membeberkan ciri-ciri globalisasi. Menurut dia, ada empat ciri globalisasi. Pertama, isu yang diusung adalah Hak Asasi Manusia (HAM), kedua, demokratisasi, dan ketiga isu tentang lingkungan hidup, serta yang keempat adalah pasar bebas.
“Di Era Globalisasi tahapan pembangunan tidak lagi pada rencana pembangunan lima tahun, seperti yang diterapkan masa Masa Orde Baru, akan tetapi tujuan pembangunan seribu tahun ke depan,” ucap dia.
Mahfud juga mengingatkan pentingnya kualitas diri dalam menentukan masa depan masing-masing individu di era globalisasi. “Jadilah manusia itu yang selalu mengalir seperti air, bukan seperti buih yang selalu terombang-ambing hempasan gelombang,” ucap dia.
Sambung dia, buih itu tidak ada gunanya. Jika ingin menjadi manusia yang berkualitas, maka memilih aliran-aliran yang benar. “Yakni aliran yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan nilai keadilan,” kata dia. (Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara