Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (Persero) mengalami penurunan pendapatan sebesar USD4 miliar atau setara 20 persen sepanjang pembukuan semester 1 tahun 2016. Jika dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun sebelumnya, Pertamina mencatat pendapatan USD21 miliar, sedangkan tahun ini hanya memperoleh USD17 miliar.
“Jaid kalau dari keuangan, pendapatan sedikit turun 20 persen. Tahun lalu USD21 miliar, saat ini USD17 miliar dolar,” kata Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman di Kantor Pertamina, Jakarta, Kamis (25/8).
Adapun penyebab dari perlambatan yang terjadi diantaranya karena faktor konsistensi Pertanian yang terikat janji dengan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM hingga Desember. Komitmen tersebut merupakan bagian dari konsekuensi atas aksi pertamina yang menjual tidak sesuai harga keekonomian atau lebih mahal disaat harga minyak dunia sedang turun.
“Kalau dibandingkan di perusahaan dunia mereka impairament baisanya di Q2, kalau kami di akhir tahun. Dan kedua, pengaruh harga bahwa Pertamina pada saat penetapan harga untuk umum kami komitmen hingga September atau Desember harga tidak berubah,” ujarnya.
Namun lanjutnya, jika ditinjau dari laba operasi perusahaan milik negara itu mengalami peningkatan yang signifikan, begitupun laba bersih juga meningkat cukup tajam.
Untuk laba operasi bergerak naik dari USD1,56 miliar menjadi USD3,28 miliar, sedangkan laba bersih meningkat 4 kalinya, dari USD 0,57 juta jadi 1,83 juta.
“Ekspektasi kita sampai akhir tahun akan naik, Secara saldo kas kuat senilai USD5 miliar. Utang jangka pendek kita turunkan, kalau tahun lalu USD8 miliar, jadi USD1,8 miliar atau juni kemarin USD300 juta, atau turun lebih dari 90 persen. jadi kami cukup kuat apapun aksi korporasi yang kami lakukan kedepannya,” pungkasnya.
*Dadang
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta