Mantan Menko Maritim Rizal Ramli (kiri) bersama Sejarahwan Jose Rijal (kana) saat melakukan kunjungan ke Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, di Jakarta, Jumat (26/8/2016). Dalam kunjungannya Rizal Ramli meminta agar pemprov DKI lebih memperhatikan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin tersebut.

Jakarta, Aktual.com – Letnan Jendral TNI KKO AL (Purn) H Ali Sadikin ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Gubernur DKI Jakarta. Memimpin Jakarta selama kurang lebih 10 tahun, Bang Ali-sapaannya, membangun Ibukota menjadi Kota Metropolitan yang modern namun tetap mengutamakan dan mengedepankan kebudayaan.

“Dari dulu yang punya visi jauh ke depan adalah Bang Ali. Jakarta dibangunnya, beberapa pusat kebudayaan, museum sastra HB Jassin, film sinematografi Usmar Ismail, ada LBH, Bang Ali punya visi Ibukota negara harus punya pusat kebudayaan,” terang Rizal Ramli di Jakarta, Jumat (26/8).

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itu menyatakan demikian dalam kunjungannya ke Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Taman Ismail Marzuki, Cikini. Dalam kunjungannya, Rizal didampingi sejarawan JJ Rizal dan Kepala Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Aryani Isnamurti.

Disebutkan, Bang Ali sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta merupakan pejabat menteri yang menangani masalah kemaritiman. Di usianya yang masih muda saat itu, Bung Karno kemudian menunjuknya menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Dan, lanjut Rizal, apa yang dilakukan Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia itu benar adanya. Dibawah kepemimpinan Bang Ali, Jakarta menjadi tonggak-tonggak kebesaran Ibukota.

“Bang Ali ternyata sebelum ditunjuk Bung Karno sebagai Gubernur DKI adalah Menteri Maritim, dan ternyata Bung Karno enggak salah pilih. Dia (Bang Ali) tegakkan tonggak-tonggak kebesaran Jakarta,” jelasnya.

Apakah isyarat demikian diharapkan Rizal kembali terulang pada Pilkada Serentak DKI Jakarta 2017 mendatang?

“Itu isyarat juga, (sambil) menunggu isyarat-isyarat yang lain,” tutur Rizal sambil tertawa.

Ditambahkan, Ibukota Jakarta seharusnya bukan hanya menjadi kota dagang dan kota bisnis, melainkan juga harus menjadi pusat kebudayaan. Dengan begitu siapapun yang datang ke Jakarta tidak hanya berkembang badannya, melainkan juga jiwanya.

“Kami sedih, denger dari JJ Rizal. Ini dokumentasinya luar biasa, dari tahun 1800-an, awal dari sastra Indonesia ternyata disia-siakan begitu saja. InshaAllah pada waktunya kita digitalisasikan supaya bisa search di Google,” ucapnya.(Soemitro)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid