Jakarta, Aktual.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyebutkan, penciptaan ekonomi baru harus menjadi fokus pemerintah di saat perekonomian nasional masih melambat dan ekonomi dunia masih lesu.
“Sejak 2009, perekonomian dunia terus mengalani perlambatan, sehingga Indonesia juga ikut melemah. Tapi kita masih ada potensi untuk penciptaan ekonomi baru yaitu di sektor pariwisata dan UMKM atau ekonomi kreatif,” jelas Agus di Jakarta, Jumat (26/8).
Pasalnya, pertumbuhan ekonomi baru akan dapat memberikan nilai tambah untuk menunbuhkan perekonomian sekaligus menciptakan lapangan kerja. Itu juga untuk menjaga ketahanann rumah tangga.
“Namun demikian, kondisi tersebut perlu dicarikan solusi dan terobosannya untuk meningkatkan daya saing, sehingga UMKM ekonomi kreatif dapat menjadi tuan rumah di Indonesia dan bisa menjadi andalan produk ekapor,” terangnya.
Berdasar data statistik, kata Agus, sepanjang tahun 2010-2013, industri kreatif tumbuh 5,6 persen dengan kontrbusi ke Produk Domestik Bruto (PDB) sebanyak 7 persen. Ditambah lagi, sektor ini juga dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 10,7 persen dari total tenaga kerja Indonesia.
Agus juga menambahkan, berdasar pemetaan BI dan Bank Dunia, terdapat lima sektor industri skala kecil di Indonesia yang memiliki potensi besar, antara lain, di industri kerajinan dan fashion yang memiliki daya saing tinggi dibanding sektor lain.
“Sehingga industri skala kecil dan mikro mampu memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian nasional,” tegas Gubernur BI.
Meski begitu dia mengakui, masih banyak masalah yang dihadapi sektor ini, salah satunya terbatasnya akses pembiayaan, disebabkan adanya keterbatasan kemampuan dalam penyusunan laporan keuangannya.
“Makanya kita sama-sama permudah pembiayaan, seperti lewat KUR (kresit usaha rakyat). Di 2016 ini kita berikan suku bunga yang kompetitif,” tandas dia.
Agus juga menyebut, pemerintah harus terus mendorong sektor pariwisata. Karena selama ini sektor pariwisata telah menyumbangkan 10 persen terhadap PDB.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf menegaskan, saat ini hampir sebagian besar pelaku ekonomi kreatif tersebar di seluruh kabupaten/kota. “Dan industri ini sudah banyak menyerap jutaan tenaga kerja,” unar Triawan.
Namun demikian, masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan. Seperti, pertama, soal ketersediaan data dan pengembangan usaha. Kedua, kualitas desain dan kemasan masih lemah. Ketiga, terkait infrastruktur usaha.
Keempat, akses pemasaran yang terbatas. Kelima, persoalan hak kekayaan atau hak intelektual. “Hal itu penting, karena kalau tidak diproteksi, maka usaha mereka tidak bisa dipertahankan. Dan keenam terkait persoalan akses permodalan,” tegas dia.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka